Salah satu buah
yang digemari oleh sebagian besar penduduk dunia adalah pisang (Musa Paradisiaca L). Buah
ini digemari karena memiliki rasa yang enak, kandungan gizinya tinggi, mudah didapat,
dan harganya relative murah.
Indonesia
mempunyai prospek yang baik untuk pengembangan komoditas pisang kaena iklimnya cocok
untuk tanaman pisang, ketersediaan lahan, dan tenaga kerja yang melimpah.
Dengan
pertumbuhannya yang sangat cepat dan terus-menerus, yang akan mengakibatkan
hasil yang tinggi, pisang memerlukan tempat tumbuh di iklim tropic yang hangat
dan lembap. Walaupun begitu, pisang ini sangat menarik sehingga orang
menanamnya juga persis di batas daerah ekologinya, yang di tempat itu kecepatan
tumbuh rata-ratanya hanya dapat mendukung hasil yang minim saja.
Suhu merupakan
faktor utama untuk
pertumbuhan. Di sentra-sentra produksi utamanya suhu udara tidak pernah turun
sampai di bawah 15°C dengan jangka – waktu yang cukup lama; suhu optimum untuk
pertumbuhannya adalah sekitar 27°C, dan suhu maksimumnya 38°C.
Kebanyakan
pisang tumbuh baik di lahan terbuka, tetapi kelebihan penyinaran akan
menyebabkan terbakar-matahati (sunburn). Dalam keadaan cuaca berawan atau
di bawah naungan ringan, daur pertumbuhannya sedikit panjang dan tandannya
lebih kecil.
Pisang sangat
sensitif terhadap angin kencang, yang akan merobek-robek daunnya, menyebabkan
distorsi tajuk dan dapat merobohkan pohonnya. Diperlukan pasokan air yang ajek;
untuk pertumbuhan optimalnya curah hujan hendaknya 200-220 mm, dan kelembapan
tanahnya jangan kurang dari 60-70% dari kapasitas lapangan, jadi sebagian besar
lahan memerlukan pengairan tambahan.
Tanah yang
paling baik untuk pertumbuhan pisang adalah tanah liat yang dalam dan gembur,
yang memiliki pengeringan dan aerasi yang baik. Kesuburan
yang tinggi akan sangat menguntungkan dan kandungan bahan organiknya. hendaknya
3% atau lebih. Tanaman pisang toleran terhadap pH 4,5-7,5.
1. Bibit dari
bonggol (bit)
- Tunas rebung :
belum berdaun, tinggi 20-40 cm
- Anakan muda :
tunas daun telah keluar tetapi masih menggulung, tinggi 41-100 cm
- Anakan sedang :
tinggi 101-150 cm
- Anakan dewasa
: daun mekar lebih dari dua helai, tinggi 151-175 cm
3. Bibit dari
kultur jaringan
Untuk
mendapatkan hasil yang optimal, sebaiknya pisang ditanam di dataran rendah, dengan
ketinggian kurang dari 1.000 m dpl. Iklim yang cocok adalah iklim basah dengan
curah hujan merata sepanjang tahun, maka pisang memberikan hasil yang baik pada
musim hujan dan kurang baik pada musim kemarau. Tanah yang cocok adalah tanah yang
subur, tanah liat yang mengandung kapur atau tanah alluvial dengan pH antara
4,5- 7,5. Selain itu jenis pisang juga mempengaruhi keberhasilan penanaman
pisang.
Pisang umumnya
diperbanyak dengan anakan. Anakan yang berdaun pedang-lah yang lebih disenangi
petani, sebab pohon pisang yang berasal dari anakan demikian akan menghasilkan tandan
yang lebih besar pada panen pertamanya (tanaman induk).
Bonggol atau
potongan bonggol juga digunakan sebagai bahan perbanyakan. Bonggol ini biasanya
dibelah dua dan direndam dalam air panas (52° C) atau dalam larutan pestisida untuk
membunuh nematoda dan penggerek sebelum ditanamkan. Kini telah dikembangkan
kultur jaringan untuk perbanyakan secara cepat, melalui ujung pucuk yang
bebas-penyakit. Cara ini telah dilaksanakan dalam skala komersial, tetapi adanya
mutasi yang tidak dikehendaki menimbulkan kekhawatiran.
Rekayasa
bioteknologi pisang dengan kultur jaringan mempunyai keunggulan sebagai berikut:
- Bibit pisang
bebas dari infeksi penyakit seperti virus dan nematode sehingga secara ekonomi lebih
menguntungkan
- Persentase
hidup tanaman relatif tinggi (95%).
- Umur berbuah
lebih cepat 3-4 bulan dibandingkan dengan cara lain
- Tanaman lebih
seragam dan sesuai dengan sifat induknya
- Waktu panen
serentak sehingga memudahkan pemasaran
Lahan untuk tanaman
pisang harus disiapkan dengan baik agar dapat menjadi media pertumbuhan yang
subur. Pekerjaan pengolahan lahan untuk tanaman pisang tersebut antara lain:
- Pembajakan
tanah, untuk membongkar tanah dengan kedalaman kurang lebih 7rcm agar menjadi media
yang baik untuk perakaran tanaman
- Penggaruan,
yakni Penghancuran bongkahan-bongkahan tanah dan meratakan tanah. Penggaruan dilakukan
setelah pemotongan dan pembalikan tanah. Penggalian lubang tanam, umumnya
lubang tanam pisang berukuran 60cm X 60cm X 60cm.
Penanaman pada
umumnya dilakukan pada awal musim hujan. Kebutuhan bibit pisang untuk luas
penanaman satu hektar tergantung pada jarak tanamnya. Untuk jarak tanam 6mX6m dibutuhkan
1.700 bibit, jika jarak tanam 5m x 5m dibutuhkan 2.000 bibit, sedangkan jarak tanam
4m x 4m dibutuhkan 2.500 bibit.
Bahan
perbanyakan biasanya ditanamkan sedalam 30 cm. Pisang dapat dijadikan tanaman utama
atau tanaman pencampur pada sistem tumpang sari. Pisang biasanya ditanam sebagai
tanaman perawat (nurse drop) untuk tanaman muda coklat, kopi, lada, dan sebagainya.
Juga dapat digunakan sebagai tanaman sela pada perkebunan karet atau kelapa
sawit yang baru dibangun, atau ditanam di bawah pohon-pohon kelapa yang telah
dewasa. Jika ditanam sebagai tanaman utama, pisang biasanya ditumpangsarikan
dengan tanaman semusim.
Penyiangan
berulang-uiang diperlukan sampai pahon-pohon pisang dapat menaungi dan menekan
gulma. Gulma diberantas dengan caracara mekanik (dibabat, dibajak, - dan
sebagainya) atau dengan tangan: Herbisida pratumbuh cukup efektif, dan jika
tanaman telah mencapai tinggi 1,5 m atau lebih, dapat digunakan herbisida kontak.
Pisang
memerlukan sejumlah besar hara. Di pekarangan pemakaian pupuk kandang dan kompos
dianjurkan, yang dikombinasikan dengan 0,25 kg urea dan kalium nitrat (muriate
of potash) setiap tiga bulan untuk masing-masing rumpun.
Pengairan
diperlukan di areal yang memiliki musim kemarau panjang, tetapi juga jika curah
hujannya kurang dari 200-220 mm bulan. Air dapat dialirkan melalui parit atau
disemprotkan; kini pengairan-tetesan (drip irrigation) telah banyak
diterima. Selama putaran pemangkasan ringan, daun-daun yang layu dipotong agar
diperoleh mulsa dan untuk menghindari sumber infeksi melalui penyakit-penyakit daun.
DI perkebunan
skala komersial beberapa tindakan lain dilakukan untuk mempertahankan produktivitas
yang tinggi dan untuk menjamin buah berkualitas baik untuk pasatan (ekspor). Tindakan-tindakan
itu mencakup pembuangan anakan, pembuangan tunggui-tunggul, pemotongan jantung
pisang, dan pengurangan tandan buah.
Setiap 6-12
minggu tanaman pisang dibuangi anakannya, hanya ditinggalkan satu tanaman induk
(yang sedang berbuah), satu batang anakan (yang tertua), dan dalam hal
tanamansirung (ratoons), satu tanaman cucu. Pada kepadatan yang rendah, setiap
rumpun dapat berisi 2 batang induk berikut 2 anakannya.
Jadi, untuk
menghindari berjejalnya batang, dan untuk mengatur panen yang berurutan dalam
setiap rumpun, satu anakan disisakan pada satu pohon induk setiap 6-10 bulan (atau
lebih untuk daerah beriklun sejuk) untuk menghasilkan tandan berikutnya. Hanya anakan
yang sehat dan tertancap dalam yang boleh disisakan.
Penyangga atau
tali dapat memberikan dukungan tambahan bagi tanaman yang berisi tandan buah;
topangan ini akan menghindarkan tanarnan dari patahnya batang karena keberatan
oleh tandan. Jantung pisang hendaknya segera dibuang setelah 2 sisir terakhir
dari tandan itu muncul.
Pada waktu yang
bersamaan, satu atau dua sisir terakhir mungkin perlu dibuang untuk meningkatkan
panjangnya masing-masing buah pisang yang tersisa, dan tandan itu mungkin perlu
dikarungi. Karung itu dapat berupa kantung plastik yang telah diberi insektisida,
maksudnya untuk menghindari kerusakan oleh serangga, burung, debu, dan sebagainya,
dan untuk menaikkan suhu tandan, memajukan pertumbuhan buah, terutama untuk
daerah beriklim dingin.
Buah pisang
dipanen ketika masih mentah. Pemetikan yang dilakukan pada tingkat kematangan
yang tepat akan menghasilkan buah pisang yang prima. Tanda-tanda buah pisang
yang mempunyai tingkat kematangan cukup antara lain:
- Buah tampak
berisi dan bagian tepi buah sudah tidak ada lagi
- Pada sisir
buah bagian atas sudah ada yang matang sekitar 2-3buah
- Tangkai pada
putik telah gugur
Tingkat
kematangan diperkirakan dari adanya sikusiku pada individu buah; buah yang
penampang melintangnya lebih bulat berarti lebih matang. Sewaktu berat buah
meningkat dengan cepat sejalan dengan menghilangnya siku-siku pada buah, buah
pisang juga menjadi lebih rentan terhadap kerusakan selama pengangkutan, dan
buah itu tidak dapat bertahan lama, karenanya harus dipetik lebih awal.
Untuk memanen
pisang diperlukan 2 orang, si pemanen dan si pengumpul. Si pengumpul menyandang
bantalan bahu untuk menahan jatuhnya tandan setelah si pemanen menusuk batang
pisang dengan parang, sehingga bagian atas pohon beserta tandannya merunduk.
Diperlukan satu galah bamboo untuk menopang tandan sampai menyentuh bantalan di
bahu: Setelah tandan itu merendah dengan cara begitu, si pemanen memotong
gagang tandan dengan menyisakan sebagian gagang yang masih berada pada tandan,
yang digunakan sebagai pegangan.
Tandan-tandan
itu kemudian diangkut dengan hati-hati ke ruangan pengepakan melalui sistem
kabel atau dengan gerobak yang ditarik oleh traktor.
Pisang yang
telah dipanen dikumpulkan ditempat yang terlindung sinar matahari. Daun pisang dapat
digunakan sebagai alas agar buah tidak luka. Sebelum dilakukan sortasi, tandan
pisang disisir dahulu dengan menggunakan pisau yang tajam agar tidak terjadi
luka. Kemudian buah pisang dibersihkan dan disemprot dengan fungisida untuk mencegah
timbulnya bahaya penyakit selama saat penyimpanan.
- Sortasi dan
Klasifikasi
Sortasi dan
Klasifikasi dilakukan menurut ukuran besar dan kecilnya buah, kerusakan atau cacat
buah, derajat kematangan, bobot buah dan keseragaman warna.
Pengemasan
bertujuan agar memudahkan pengangkutan dan melindungi buah dari kerusakan
mekanis yang terjadi selama pengangkutan.