-->

Auksin

Merupakan zat tumbuh yang pertama ditemukan. Pengaruh auksin terutama pada perpanjangan atau pembesaran sel. Sifat dasar auksin yang mempengaruhi perpanjangan sel ini sering digunakan sebagai pengukur kecepatan pertumbuhan tanaman. Beberapa respons pertumbuhan dapat ditunjukkan dan dikendalikan oleh auksin. Fototropisme yang merupakan peristiwa pembengkokan ke arah cahaya dari kecambah yang sedang tumbuh, dapat didasarkan oleh penyebaran auksin pada bagaian tersebut yang tidak merata.

Pengaruh auksin pada perpanjangan sel tanaman dapat digambarkan dari hasil-hasil percobaan sebagai berikut. Bila ujung batang tanaman Avena sativa dipotong, maka pertumbuhan kaleoptil terhambat, akan tetapi bila ujung batang ini ditempelkan kembali pertumbuhan akan terjadi lagi.

Apabila potongan ujung batang Avena sativa tadi ditaruhkan pada sepotong agar kemudian pada bagian bawahnya diletakkan potongan lainnya maka pertumbuhan kaleoptil akan terjadi juga. Auksin dibuat di ujung batang dan merangsang pertumbuhan kaleoptil. Auksin merupakan istilah umum dari IAA yang mempengaruhi pertumbuhan batang ke atas dan ke bawah, hormon ini dapat merangsang ataupun menghambat pertumbuhan tanaman tergantung pada konsentrasinya.

Selain itu, konsentrasi auksin yang sama dapat memberikan efek berlainan pada pertumbuhan batang. pucuk, dan akar. Seperti fototropisme (pertumbuhan ke arah cahaya), geotropisme (pertumbuhan ke arah bumi). Auksin dibentuk dalam ujung kaleoptil bergerak ke bawah (basipetal).

Auksin berfungsi untuk:
- merangsang perpanjangan sel
- merangsang pembentukan bunga dan buah
- memperpanjang titik tumbuh.

Senyawa auksin bila terkena matahari akan berubah menjadi senyawa yang justru akan menghambat pertumbuhan. Hal inilah yang menyebabkan batang membelok ke arah datangnya sinar bila diletakkan mendatar, karena bagian yang tidak terkena sinar pertumbuhannya lebih cepat dari bagian yang terkena sinar sinar.


Kinin atau sitokinin

Hormon ini seperti halnya auksin maka sitokinin juga memberikan efek yang bermacam-macam terhadap tanaman. Zat ini mempercepat pembelahan sel, membantu pertumbuhan tunas dan akar. Sitokinin dapat menghambat proses proses penuaan (senescence).

Salah satu macam sitokinin adalah kinetin yang terdapat dalam air kelapa muda dan dalam ragi. Lingkungan biotik yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman diantaranya adalah organisme pengganggu tanaman dan allelopati (zat kimia yang dihasilkan tumbuhan dan mengganggu tumbuhan lainnya).


Cara Budidaya Tanaman Kedelai

Syarat Tumbuh
1 Tanah
Tanaman kedele dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah dengan drainase dan aerasi tanah yang cukup baik serta air yang cukup selama pertumbuhan tanaman.
Tanaman kedele dapat tumbuh baik pada tanah alluvial, regosol, grumosol, latosol atau andosol. Pada tanah yang kurang subur (miskin unsur hara) dan jenis tanah podsolik merah-kuning, perlu diberi pupuk organik dan pengapuran.

2 Iklim
Kedele dapat tumbuh subur pada : curah hujan optimal 100- 200 mm/bulan. Temperatur 25- 27 derajat Celcius dengan penyinaran penuh minimal 10 jam/hari. Tinggi tempat dari permukaan laut 0-900 m, dengan ketinggian optimal sekitar 600 m. Air . Curah hujan yang cukup selama pertumbuhan dan berkurang saat pembungaan dan menjelang pemasakan biji akan meningkatkan hasil kedele.

Cara Budidaya Tanaman Kedelai

Teknik Budidaya
1 Persiapan lahan
Pengolahan lahan dimulai sebelum jatuhnya hujan. Tanah diolah dengan bajak dan garu/cangkul hingga gembur. Untuk pengaturan air hujan perlu dibuat saluran drainase pada setiap 4 m dan di sekeliling petakan sedalam 30 cm dan lebar 25 cm. Kedele sangat terganggu pertumbuhannya bila air tergenang.
Tanah bekas pertanaman padi tidak perlu diolah (tanpa olah tanah = TOT).  Jika digunakan lahan tegal lakukan pengolahan tanah secara intensif yakni dengan 2 kali dibajak dan sekali diratakan. Buat saluran dengan kedalaman 25–30 cm dan lebar 30 cm setiap 3–4 m, yang berfungsi untuk mengurangi kelebihan air sekaligus sebagai saluran irigasi pada saat tidak ada hujan.
Perlakuan benih Untuk mencegah serangan hama lalat bibit, sebelum ditanam benih dicampur Marshall dengan dosis 100 gram/5 kg benih. Benih dibasahi secukupnya lalu dibubuhi Marshall dan diaduk rata.

2 Penanaman
Dianjurkan menggunakan benih bersertifikat dengan kebutuhan benih sekitar 40 kg/ha. Penanaman benih dengan cara ditugal, jarak tanam 40 x 10 cm atau 40 x 15 cm sesuai kesuburan tanah, setiap lubang tanaman diisi 2 butir benih lalu ditutup dengan tanah tipis-tipis.
3 Pengairan
Fase pertumbuhan tanaman yang sangat peka terhadap kekurangan air adalah awal pertumbuhan vegetatif (15–21 HST), saat berbunga (25–35 HST) dan saat pengisian polong (55–70 HST). Dengan demikian pada fase-fase tersebut tanaman harus diairi apabila hujan sudah tidak turun lagi.
4 Pemupukan
Dianjurkan menggunakan pupuk Urea 50 kg, TSP 100 kg dan KCl 50 kg/ha atau sesuai anjuran setempat. Seluruh jenis pupuk diberikan pada waktu bersamaan yaitu saat pengolahan tanah terakhir. Mula-mula Urea dan TSP dicampur lalu disebar merata, disusul penyebaran KCl kemudian diratakan dengan penggaruan.
5 Penyulaman Benih
Benih yang tidak tumbuh segera disulam, sebaiknya memakai bibit dari varietas dan kelas yang sama. Penyulaman paling lambat pada saat tanaman berumur 1 minggu.
6 Penyiangan
Penyiangan dilakukan paling sedikit dua kali, karena di lahan kering gulma tumbuh dengan subur pada musim penghujan.
Penyiangan I pada saat tanaman berumur 2 minggu, menggunakan cangkul. Penyiangan II bila tanaman sudah berbunga (kurang lebih umur 7 minggu), menggunakan arit atau gulma dicabut dengan tangan.
7 Pengendalian hama
Tidak kurang dari 100 jenis serangga dapat menyerang kedele. Pengendalian di tingkat petani terutama di daerah sentra produksi sering menggunakan insektisida secara berlebihan tanpa memperdulikan populasi hama. Hal ini selain menambah biaya juga merusak lingkungan dan menimbulkan kematian serangga berguna.
Untuk mengurangi frekuensi pemberian insektisida adalah dengan aplikasi insektida berdasarkan pemantauan hama. Insektisida hanya akan digunakan bila kerusakan yang disebabkan oleh hama diperkirakan akan menimbulkan kerugian secara ekonomi, yaitu setelah tercapainya ambang kendali.
Pengendalian hama dilakukan berdasarkan pemantauan. Pengendalian hama secara bercocok tanam (kultur teknis) dan pengendalian secara hayati (biologis) saat ini dilakukan untuk menekan pencemaran lingkungan.
Pengendalian secara kultur teknis antara lain:
- penggunaan mulsa jerami
- pengolahan tanah
- pergiliran tanaman dan tanam serentak dalam satu hamparan
- penggunaan tanaman perangkap jagung dan kacang hijau.
Pengendalian secara biologis antara lain:
- penggunaan parasitoid Trichogrammatoidea bactrae-bactrae
- penggunaan Nuclear Polyhidrosis Virus (NPV) untuk ulat grayak Spodoptera litura (SlNPV) dan untuk ulat buah Helicoverpa armigera (HaNPV)
- Penggunaan feromonoid seks yang mampu mengendalikan ulat grayak.
8.Panen
Kedele harus dipanen pada tingkat kemasakan biji yang tepat. Panen terlalu awal menyebabkan banyak biji keriput, panen terlalu akhir menyebabkan kehilangan hasil karena biji rontok.
Ciri-ciri tanaman kedele siap panen adalah :
- Daun telah menguning dan mudah rontok
- Polong biji mongering dan berwarna kecoklatan Panen yang benar dilakukan dengan cara menyabit batang dengan menggunakan sabit tajam dan tidak dianjurkan dengan mencabut batang bersama akar. Cara ini selain mengurangi kesuburan tanah juga tanah yang terbawa akan dapat mengotori biji.


Macam-Macam Cara Perbanyakan vegetatif Secara buatan

Perbanyakan vegetatif buatan terjadi dengan bantuan manusia. Beberapa perbanyakan vegetatif buatan adalah:

- Cangkok,

jenis tumbuhan yang biasa dicangkok pohon buahbuahan misalnya mangga, jeruk, dan lainlain. Umumnya jenis tumbuhan berkayu mudah dicangkok walaupun tidak seluruhnya, misalnya cemara. Mencangkok tanaman dilakukan dengan cara mengupas kulit batang kemudian dikuliti, bagian yang dikuliti tersebut dilapisi dengan tanah yang subur kemudian dibungkus dengan sabut kelapa, ijuk atau plastik.

- Setek batang,

potongan batang tumbuhan yang hendak di setek harus mempunyai sebuah mata sebagai bakal tunas. Potongan batang ini umumnya merupakan batang yang sudah cukup tua. Penanaman batang potongan batang ini dilakukan pada tanahyang subur dan gembur

- Setek daun,

Perkembangbiakan dengan setek daun umumnya diterapkan pada tanaman hias misalnya begunia. Daun yang disetek ini harus cukup tua, dan tanah yang digunakn sebagai media tumbuh harus gembur dan lembab. Perkembangbiakan dengan setek daun ini dilakukan dengan meletakkan daun yang sudah dipilih tadi diatas permukaan tanah. Beberapa hari kemudian tumbuh tunas baru yang kemudian dapat dipindahkan ketempat lain.

- Tempel (okulasi),

cara perbanyakkan ini dilakukan dengan menempelkan tunas dari satu tumbuhan ke batang tumbuhan lain. Setiap tumbuhan itu mempunyai sifat yang berbeda. Batang dan tunas yang diokulasi berasal dari dua tumbuhan. Batang yang ditempel merupakan tumbuhan yang mempunyai akar dan batang yang kuat.

- Sambung pucuk

(enten), sambung pucuk merupakn penyatuan pucuk dengan batang bawah. Pucuk dan batang bawah yang disambung itu berasal dua tumbuhan. Sambung pucuk dapat menghasilkan tanaman yang lebih baik mutunya. Bila dibandingkan dengan okulasi, ternyata sambung pucuk lebih cepat menghasilkan.
Cara sambung pucuk dapat dilakukan terhadap tanaman hias, buah-buahan, dan perkebunan. Sambung pucuk dilakukan secara sederhana. Batang bawah diperoleh dari semaian biji. Pucuk diambil dari cabang tumbuhan yang mempunyai sifat- sifat baik seperti berbunga indah dan berbuah manis, atau lainnya. Pucuk kemudian disambung dengan batang bawah . Penyambungan dilakukan dengan menggunakan tali plastik.

- Runduk,

jenis tumbuhan yang dapat dikembangbiakan dengan runduk sangat sedikit. Tumbuhan itu mempunyai batang yang panjang dan lentur. Tumbuhan yang dapat dikembangbiakan dengan cara merunduk misalnya melati , alemanda, apel, dan lain-lain.
Perkembangbiakan dengan cara ini sangat  sederhana. Batang tanaman dikerat sedikit, batang itu kemudian dilengkukkan atau dirundukkan ketanah. Kemudian batang yang dikerat  itu, ditimbun dengan tanah.


Cara Perbanyakan Vegetatif Alami Pada Tanaman Hortikultura

Beberapa cara perbanyakan vegetatif alami adalah sebagai berikut:

- Membelah diri,

yaitu perbanyakan diri dengan cara membelah diri. Perbanyakan ini terjadi pada tumbuhan tingkat rendah, misalnya ganggang hijau.

- Spora

tumbuhan yang berkembang biak dengan cara ini antara lain adalah Paku (misalnya suplir) , jamur dan ganggang.

- Akar tinggal atau rizoma,

merupakan batang yang tertanam dan tumbuh di dalam tanah. Batang tersebut tumbuh mendatar dan tampak seperti akar. Jika ujung rizoma tumbuh menjadi tumbuhan baru maka tumbuhan tersebut tetap bergabung dengan tumbuhan induk dan membentuk rumpun, contohnya jahe.

- umbi lapis,

perbanyakan cara ini contohnya terjadi pada bawang merah. Umbi bawang merah ini berlapis-lapis dan ditengahnya tumbuh tunas. Umbi lapis baru yang berasal dari tunas ketiak terluar tumbuh membentuk tunas yang disebut siung.

- umbi batang,

perbanyakan tanaman dengan cara ini contohnya terjadi pada tanaman kentang dan ubu jalar. Umbi pada kentang ini sesungguhnya adalah batang yang tumbuh ke dalam tanah. Ujung batang itu menggembung membentuk umbi untuk menyimpan cadangan makanan. Pada satu lekukan di permukaan batang yang menggembung (umbi) tersebut terdapat tunas yang disebut mata tunas.

- umbi akar,

perbanyakan cara ini terjadi pada wortel. Akar berubah fungsi untuk menyimpan cadangan makanan sehingga disebut umbi akar. Jika umbi akar ditanam maka akan tumbuh tunas-tunas baru dari bagian yang merupakan sisa batang.

- geragih,

batang yang tumbuh menjalar diatas atau dibawah permukaan tanah disebut geragih. Tunas pada buku-buku batang dapat tumbuh menjadi tumbuhan baru. Ujung geragih yang menyentuh tanah akan membelok keatas . Pada bagaian bawah geragih muncul akar serabut.

- Tunas,

contoh tanaman hortikultura yang berkembang biak dengan tunas adalah pisang. Disekitar pohon pisang yang sudah besar tumbuh tunas baru. Tunas tunas ini tumbuh berdekatan dengan pohon induk dan membentuk rumpun.


Fungsi Hortikultura

Hortikurtura mempunyai beberapa fungsi yakni:
- Sumber bahan makanan
- Hiasan/keindahan
- Pekerjaan


Fungsi Air Bagi Tanaman

Air dibutuhkan untuk bermacam-macam fungsi tanaman seperti:

  1. Pelarut dan medium reaksi kimia
  2. Medium untuk transpor, zat terlarut organik dan anorganik
  3. Medium memberikan turgor pada sel tanaman. Turgor menggalakkan pembesaran sel, struktur tanaman, dan penempatan daun
  4. Hidrasi dan netralisasi muatan pada molekul-molekul koloid . Untuk enzim, air hidrasi membantu memelihara struktur dan memudahkan fungsi katalis.
  5. Bahan baku fotosintesis, proses hidrolisa dan reaksi-reaksi kimia lainnya
  6. Transpirasi untuk mendinginkan permukaan tanaman.


Daerah Aliran Sungai (DAS) Berdasarkan Polanya

Daerah aliran sungai berdasarkan pola-polanya dibedakan menjadi :

a.  Daerah aliran sungai dengan pola ”Bulu Burung”. Di daerah aliran sungai ini selain terdapat sungai utama, tidak jauh daripadanya, disebelah kiri dan kanan terdapat pula sungaisungai kecil atau anak-anak sungai.
Sewaktu hujan mengguyur daerah ini anak-anak sungai akan berfungsi pula mengalirkan air hujan yang mengalir ke dalamnya, dengan demikian debit air yang meluap pada sungai utama dan anak-anak sungainya akan tetap kecil, dengan demikian kalaupun terjadi banjir akan berlangsung lambat, sedang pembuangannya berlangsung cepat.

b.  Daerah aliran sungai dengan pola ”Radial/Melebar”. Di daerah aliran sungai inipun terdapat sungai utama/ besar, dengan beberapa anak sungainya, hanya anak-anak sungai tersebut melingkar dan akan bertemu dengan sungai utamanya pada suatu titik (daerah), sehingga kalau digambarkan akan berbentuk bagaikan kipas. Terkumpulnya curah hujan di daerah aliran sungai ini, dengan sebagian mengalir dan sebagian mengalir ke sungai utama dan terbagi lagi ke anak-anak sungainya, yang kemudian bertemu pada suatu titik/ suatu daerah, akan mengakibatkan banjir besar di daerah pertemuan tersebut.

c.  Aliran sungai dengan pola ”Paralel/Sejajar”. Daerah aliran sungai ini terdiri dari 2 jalur daerah aliran, yang memang paralel, yang dibagian hilir keduanya bersatu sehingga merupakan satu sungai besar. Sewaktu curah hujan mengguyur daerah-daerah di sekitar aliran sungai tersebut, maka pada daerah hilir dimana terjadinya pertemuan tadi akan terjadi peluapanpeluapan air yang cukup besar.


Sistematika Dan Botani Tanaman Tembakau












b. Sistematika Tanaman
Sistematika tanaman tembakau adalah sebagai berikut:
Klass                 : Dicotyledonaea
Ordo         : Personatae
Famili                : Solanaceae
Sub Famili : Nicotianae
Genus        : Nicotianae
Spesies      :Nicotiana tabacum L.

c. Botani Tanaman
Akar
Tanaman tembakau merupakan tanaman berakar tunggang yang tumbuh tegak ke pusat bumi. Akar tunggangnya dapat menembus tanah kedalaman 50- 75 cm, sedangkan akar serabutnya menyebar ke samping. Selain itu, tanaman tembakau juga memiliki bulubulu akar. Perakaran akan berkembang baik jika tanahnya gembur, mudah menyerap air, dan subur.

Batang
Tanaman Tembakau memiliki bentuk batang agak bulat, agak lunak tetapi kuat, makin ke ujung, makin kecil. Ruas-ruas batang mengalami penebalan yang ditumbuhi daun, batang tanaman bercabang atau sedikit bercabang. Pada setiap ruas batang selain ditumbuhi daun, juga ditumbuhi tunas ketiak daun, diameter batang sekitar 5 cm.

Daun
Daun tanaman tembakau berbentuk bulat lonjong (oval) atau bulat, tergantung pada varietasnya. Daun yang berbentuk bulat lonjong ujungnya meruncing, sedangkan yang berbentuk bulat, ujungnya tumpul.
Daun memiliki tulang-tulang menyirip, bagian tepi daun agak bergelombang dan licin. Lapisan atas daun terdiri atas lapisan palisade parenchyma dan spongy parenchyma pada bagian bawah. Jumlah daun dalam satu tanaman sekitar 28- 32 helai

Bunga
Tanaman tembakau berbunga majemuk yang tersusun dalam beberapa tandan dan masing426 masing tandan berisi sampai 15 bunga. Bunga berbentuk terompet dan panjang, terutama yang berasal dari keturunan Nicotiana tabacum, sedangkan dari keturunan Nicotiana rustika, bunganya lebih pendek, warna bunga merah jambu sampai merah tua pada bagian atas.
Bunga tembakau berbentuk malai, masing-masing seperti terompet dan mempunyai bagian sebagai berikut:
a. Kelopak bunga, berlekuk dan mempunyai lima buah pancung
b. Mahkota bunga berbentuk terompet, berlekuk merah dan berwarna merah jambu atau merah tua dibagian atasnya. Sebuah bunga biasanya mempunyai lima benang sari yang melekat pada mahkota bunga, dan yang satu lebih pendek dari yang lain.
c. Bakal buah terletak diatas dasar bunga dan mempunyai dua ruang yang membesar
d. Kepala putik terletak pada tabung bunga yang berdekatan dengan benang sari. Tinggi benang sari dan putik hampir sama. Keadaan ini menyebabkan tanaman tembakau lebih banyak melakukan penyerbukan sendiri, tetapi tidak tertutup kemungkinan untuk penyerbukan silang.

Buah
Tembakau memiliki bakal buah yang berada di atas dasar bunga dan terdiri atas dua ruang yang dapat membesar, tiap-tiap ruang berisi bakal biji yang banyak sekali Penyerbukan yang terjadi pada bakal buah akan membentuk buah. Sekitar tiga minggu setelah penyerbukan, buah tembakau sudah masak.
Setiap pertumbuhan yang norrmal, dalam satu tanaman terdapat lebih kurang 300 buah. Buah tembakau berbentuk bulat lonjong dan berukuran kecil, di dalamnya berisi biji yang bobotnya sangat ringan. Dalam setiap gram biji berisi + 12.000 biji. Jumlah biji yang dihasilkan pada setiap tanaman rata-rata 25 gram.


Manfaat Pohon Pelindung Pada Tanaman Kakao







Melindungi daun

Pohon pelindung sangat berpengaruh pada terhadap kadar gula pada batang dan cabang kakao. Pengaruh itu mengisyaratkan perlunya pohon pelindung pada areal penanaman yang sebagai faktor yang secara tidak langsung mempengaruhi proses fisiologis. 

Ditinjau dari kemampuan menyerap sinar matahari sebagai sumber energi, kakao masuk kedalam tanaman C3, yaitu tanaman yang mampu berfotosintesis pada suhu daun rendah. Tanaman yang tergolong C3 membutuhkan temperatur optimum 10-25oC. 

Dengan demikian dengan adanya pohon pelidung terutama akan mempengaruhi kemampuan daun kakao melakukan proses fisiologis.

Menciptakan Iklim Mikro

Disamping itu, pohon pelidung terutama pada areal yang belum menghasilkan memainkan peranan penting pula dalam menciptakan iklim mikro yang lembab.

Menghindari pencucian hara

Pohon pelidung juga berperan dalam memperbaiki unsur tanah, mengembalikan hara tercuci, dan menahan terpaan angin terutama pada kakao yang belum menghasilkan.

Memperbaiki Struktur tanah

Peranannya sebagai memperbaiki struktur tanah dikarenakan sistem perakaran pohon pelindung umunya dalam. Pengembalian hara yang tercuci bisa terjagi karena adanya guguran daun tanaman pelindung yang akan melapuk membentuk senyawa organik. 


Bentuk Bonsai Berkelompok












Tanaman bonsai berkelompok merupakan penempatan dua hingga tiga bahkan lima tanaman bonsai didalam satu pot. Pot yang digunakan untuk bentuk bonsai ini akan lebih baik bila digunakan bentuk pot bundar.

Karena terdiri dari lebih dari satu tanaman dalam satu pot maka perawat bonsai harus memperhatikan kebutuhan pertumbuhan dari masing masing jenis. Ukuran untuk bonsai kelompok ini umumnya tidak lebih dari 60cm. Jenis pohon cemara dan apel liar cocok untuk bentuk bonsai jenis ini.


Bentuk Bonsai Anak Air Terjun












Bentuk anak air terjun ini batang utamanya agak tegak lalu berbengkok jatuh kebawah dengan berbagai lekukan selanjutnya hingga sejajar dengan alas pot untuk menimbulkan bentuk jatuhnya air pada anak air terjun.

Bentuk pot berbentuk bulat atau segi enam lebih cocok untuk jenis bentuk ini, diawal pertumbuhan tanaman lebih baik diletakan pada bagian pinggir pot. Penempatan awal batang utama dibagian pinggir pot bertujuan untuk mempermudah pembengkokan awal. Penggunaan kawat akan banyak digunakan dalam proses pembentukannya sehingga diperlukan keahlian yang cukup untuk mengembangkannya.

Bentuk anak air terjun membutuhkan suatu kecermatan dalam melakukan pemangkasan maupun perawatan. Keseimbangan antara dahan dan ranting menjadi suatu tujuan bentuk bonsai anak air terjun dimana agar terlihat lebih alamiah. Jenis pohon cemara dari berbagai macam speciesnya cocok untuk dijadikan bonsai dalam bentuk anak air terjun. 


Bentuk Bonsai Tersapu Angin (Condong)













Bentuk bonsai ini mempunyai kemiringan yang terlihat seperti tanaman akan roboh. Bonsai golongan ini sedikit mempunyai kesamaan dengan bentuk tegak lurus hanya mempunyai perbedaan di sisi kelurusannya yang mengarah horizontal. Bentuk bonsai condong ini merupakan jenis bentuk peralihan dari bentuk tegak lurus dan anak air terjun. Kecondongannya dapat dibentuk kearah kanan atau kiri sesuai sesuai selera perawat tanaman.

Peletakan batang utama awal tumbuhnya tanaman, akan lebih baik bila ditempatkan pada bagian tengah pot. Peletakan pada tengah pot membuat bentuk condongnya lebih terlihat sehingga lebih terlihat keindahannya. Tanaman yang digunakan untuk jenis bonsai ini adalah dari kelompok tanaman hias.


Bentuk Bonsai Tegak Lurus Tidak Teratur












Untuk bonsai tegak lurus tidak teratur, bentuknya tidak jauh berbeda dengan tegak lurus beraturan hanya pada umumnya batang utama dari tegak lurus tidak beratur terdapat lekukan, dimana cabang dan daunnya menjadi penyeimbang agar terjadi sebuah pemandangan tanaman yang menjulang tinggi namun agak tidak beraturan yang memberikan kesan alamiah dan natural.

Kelompok bonsai jenis ini menghendaki perkembangan daun maupun cabang yang seimbang, kondisi yang tidak seimbang akan memberi kesan miring, dan tentunya akan mengurangi keindahan bonsai. Kemiringan ini membuat bentuk bonsai terlihat kurang baik. Jenis pohon yang cocok untuk bonsai bentuk tegak lurus teratur cocok juga untuk bonsai kelompok ini.


Bentuk Bonsai Tegak Lurus












Dasar bentuk bonsai ini adalah tegak lurus dan terdapat bentuk lancip dibagian paling atasnya dimana membentuk suatu bangunan kerucut. Bentuk macam ini biasanya lebih cocok untuk tanaman yang berusia muda karena bentuk ini akan membutuhkan kekuatan batang, cabang, dan ranting.

Para pemula perawat bonsai biasanya menggunakan jenis ini untuk memulai keterlibatannya dalam merawat bonsai, karena tidak terlalu dibutuhkan banyaknya eksperimen namun membutuhkan ketelitian, menjadi alasan yang tepat bagi para pemula perawat untuk memakai bentuk bonsai ini. Jenis tegak lurus terbagi lagi menjadi dua kategori yaitu yang teratur dan tidak teratur. 


Pepaya Hawai












Pepaya yang berasal dari Kepulauan Hawaii ini merupakan suatu jenis pepaya "solo". Pepaya "solo" artinya papaya yang habis dimakan hanya untuk satu orang. Oleh karena itu, dapat dipastikan keistimewaan pepaya ini ialah ukurannya yang kecil. 

Bobot buahnya hanya sekitar 0,5 kg. Bentuknya agak bulat atau bulat panjang. Kulit buah yang telah matang berwarna kuning cerah. Daging buahnya agak tebal, berwarna kuning, dan rasanya manis segar.


Pepaya Bangkok












Pepaya bangkok bukan tanaman asli Indonesia. Jenis pepaya ini didatangkan dari Thailand sekitar tahun 70-an. 

Pepaya bangkok diunggulkan karena ukurannya paling besar dibanding jenis pepaya lainnya. Beratnya dapat mencapai 3,5 kg per buahnya.

Selain ukuran, keunggulan lainnya ialah rasa dan ketahanan buah. Daging buahnya berwarna jingga kemerahan, rasanya manis segar dan teksturnya keras sehingga tahan dalam pengangkutan. Rongga buahnya kecil sehingga dagingnya tebal. Permukaan kulit buah kasar dan tidak rata.


Pepaya Cibinong












Warna kulit buah bagian ujung biasanya kuning, sedangkan bagian lainnya tetap hijau. Pepaya cibinong memiliki cirri tersendiri, yaitu buah yang matang tampak pada warna kulit buahnya. Bentuk buahnya panjang dengan ukuran besar. Bobot setiap buah rata-rata 2,5 kg.

Pangkal buah kecil kemudian membesar di bagian tengah dan melancip di bagian ujungnya. Permukaan kulit buah agak halus tetapi tidak rata. Daging buah berwarna merah kekuningan. Keistimewaan lainnya pepaya ini ialah rasanya manis segar, teksturnya keras, dan tahan selama pengangkutan.


Perbanyakan Vegetatif Pada Tanaman Anggrek












Perbanyakan vegetatif melalui beberapa cara seperti:

- Pemecahan/pemisahan rumpun seperti Dendrobium sp., Oncidium sp., Cattleya sp., dan Cymbidium sp.
- Pemotongan anak tanaman yang ke luar dari batang seperti Dendrobium sp.
- Pemotongan anak tanaman yang ke luar dari akar dan tangkai bunga seperti Phalaenopsis sp., yang selanjutnya ditanam ke media yang sama seperti pakis, mos serabut kelapa, arang, serutan kayu, disertai campuran pecahan genting atau batu bata.


4 Kelompok Habitat Tanaman Anggrek












Habitat tanaman anggrek dibedakan menjadi 4 kelompok sebagai berikut :
  1. Anggrek epifit, yaitu anggrek yang tumbuh menumpang pada pohon lain tanpa merugikan tanaman inangnya dan membutuhkan naungan dari cahaya matahari, misalnya Cattleya sp. memerlukan cahaya +40%, Dendrobium sp. 50–60%, Phalaenopsis sp. + 30 %, dan Oncidium sp. 60 – 75 %.
  2. Anggrek terestrial, yaitu anggrek yang tumbuh di tanah dan membutuhkan cahaya matahari langsung, misalnya Aranthera sp., Renanthera sp., Vanda sp., dan Arachnis sp. Tanaman anggrek terestrial membutuhkan cahaya matahari 70 – 100 %, dengan suhu siang berkisar antara 19 – 380C, dan malam hari 18–210C. Sedangkan untuk anggrek jenis Vanda sp. yang berdaun lebar memerlukan sedikit naungan.
  3. Anggrek litofit, yaitu anggrek yang tumbuh pada batu-batuan, dan tahan terhadap cahaya matahari penuh, misalnya Dendrobium phalaenopsis.
  4. Anggrek saprofit, yaitu anggrek yang tumbuh pada media yang mengandung humus atau daun-daun kering, serta membutuhkan sedikit cahaya matahari, misalnya Goodyera sp.



Tipe Tanaman Anggrek Berdasarkan Pola Pertumbuhannya












Berdasarakan pola pertumbuhannya, tanaman anggrek dibedakan menjadi dua tipe yaitu, simpodial dan monopodial.

Anggrek tipe simpodial adalah anggrek yang tidak memiliki batang utama, bunga ke luar dari ujung batang dan berbunga kembali dari anak tanaman yang tumbuh. Kecuali pada anggrek jenis Dendrobium sp. yang dapat mengeluarkan tangkai bunga baru di sisi-sisi batangnya. Contoh dari anggrek tipe simpodial antara lain Dendrobium sp., Cattleya sp., Oncidium sp.,dan Cymbidium sp. Anggrek tipe simpodial pada umumnya bersifat epifit.

Anggrek tipe monopodial adalah anggrek yang dicirikan oleh titik tumbuh yang terdapat di ujung batang, pertumbuhannnya lurus ke atas pada satu batang. Bunga ke luar dari sisi batang di antara dua ketiak daun. Contoh anggrek tipe monopodial antara lain : Vanda sp., Arachnis sp., Renanthera sp., Phalaenopsis sp., dan Aranthera sp


Teknik Budidaya Tanaman Pisang












Pendahuluan
Salah satu buah yang digemari oleh sebagian besar penduduk dunia adalah pisang (Musa Paradisiaca L). Buah ini digemari karena memiliki rasa yang enak, kandungan gizinya tinggi, mudah didapat, dan harganya relative murah.

Indonesia mempunyai prospek yang baik untuk pengembangan komoditas pisang kaena iklimnya cocok untuk tanaman pisang, ketersediaan lahan, dan tenaga kerja yang melimpah.

Syarat Tumbuh
Dengan pertumbuhannya yang sangat cepat dan terus-menerus, yang akan mengakibatkan hasil yang tinggi, pisang memerlukan tempat tumbuh di iklim tropic yang hangat dan lembap. Walaupun begitu, pisang ini sangat menarik sehingga orang menanamnya juga persis di batas daerah ekologinya, yang di tempat itu kecepatan tumbuh rata-ratanya hanya dapat mendukung hasil yang minim saja.

Suhu merupakan faktor utama untuk pertumbuhan. Di sentra-sentra produksi utamanya suhu udara tidak pernah turun sampai di bawah 15°C dengan jangka – waktu yang cukup lama; suhu optimum untuk pertumbuhannya adalah sekitar 27°C, dan suhu maksimumnya 38°C.

Kebanyakan pisang tumbuh baik di lahan terbuka, tetapi kelebihan penyinaran akan menyebabkan terbakar-matahati (sunburn). Dalam keadaan cuaca berawan atau di bawah naungan ringan, daur pertumbuhannya sedikit panjang dan tandannya lebih kecil.

Pisang sangat sensitif terhadap angin kencang, yang akan merobek-robek daunnya, menyebabkan distorsi tajuk dan dapat merobohkan pohonnya. Diperlukan pasokan air yang ajek; untuk pertumbuhan optimalnya curah hujan hendaknya 200-220 mm, dan kelembapan tanahnya jangan kurang dari 60-70% dari kapasitas lapangan, jadi sebagian besar lahan memerlukan pengairan tambahan.

Tanah yang paling baik untuk pertumbuhan pisang adalah tanah liat yang dalam dan gembur, yang memiliki pengeringan dan aerasi yang baik. Kesuburan yang tinggi akan sangat menguntungkan dan kandungan bahan organiknya. hendaknya 3% atau lebih. Tanaman pisang toleran terhadap pH 4,5-7,5.


Pedoman Budidaya
Bibit
1. Bibit dari bonggol (bit)
2. Bibit dari anakan :
- Tunas rebung : belum berdaun, tinggi 20-40 cm
- Anakan muda : tunas daun telah keluar tetapi masih menggulung, tinggi 41-100 cm
- Anakan sedang : tinggi 101-150 cm
- Anakan dewasa : daun mekar lebih dari dua helai, tinggi 151-175 cm

3. Bibit dari kultur jaringan
Untuk mendapatkan hasil yang optimal, sebaiknya pisang ditanam di dataran rendah, dengan ketinggian kurang dari 1.000 m dpl. Iklim yang cocok adalah iklim basah dengan curah hujan merata sepanjang tahun, maka pisang memberikan hasil yang baik pada musim hujan dan kurang baik pada musim kemarau. Tanah yang cocok adalah tanah yang subur, tanah liat yang mengandung kapur atau tanah alluvial dengan pH antara 4,5- 7,5. Selain itu jenis pisang juga mempengaruhi keberhasilan penanaman pisang.
1. Pembibitan
Pisang umumnya diperbanyak dengan anakan. Anakan yang berdaun pedang-lah yang lebih disenangi petani, sebab pohon pisang yang berasal dari anakan demikian akan menghasilkan tandan yang lebih besar pada panen pertamanya (tanaman induk).
Bonggol atau potongan bonggol juga digunakan sebagai bahan perbanyakan. Bonggol ini biasanya dibelah dua dan direndam dalam air panas (52° C) atau dalam larutan pestisida untuk membunuh nematoda dan penggerek sebelum ditanamkan. Kini telah dikembangkan kultur jaringan untuk perbanyakan secara cepat, melalui ujung pucuk yang bebas-penyakit. Cara ini telah dilaksanakan dalam skala komersial, tetapi adanya mutasi yang tidak dikehendaki menimbulkan kekhawatiran.
Rekayasa bioteknologi pisang dengan kultur jaringan mempunyai keunggulan sebagai berikut:
- Bibit pisang bebas dari infeksi penyakit seperti virus dan nematode sehingga secara ekonomi lebih menguntungkan
- Persentase hidup tanaman relatif tinggi (95%).
- Umur berbuah lebih cepat 3-4 bulan dibandingkan dengan cara lain
- Tanaman lebih seragam dan sesuai dengan sifat induknya
- Waktu panen serentak sehingga memudahkan pemasaran

2. Penyiapan lahan
Lahan untuk tanaman pisang harus disiapkan dengan baik agar dapat menjadi media pertumbuhan yang subur. Pekerjaan pengolahan lahan untuk tanaman pisang tersebut antara lain:
- Pembajakan tanah, untuk membongkar tanah dengan kedalaman kurang lebih 7rcm agar menjadi media yang baik untuk perakaran tanaman
- Penggaruan, yakni Penghancuran bongkahan-bongkahan tanah dan meratakan tanah. Penggaruan dilakukan setelah pemotongan dan pembalikan tanah. Penggalian lubang tanam, umumnya lubang tanam pisang berukuran 60cm X 60cm X 60cm.

3. Penanaman
Penanaman pada umumnya dilakukan pada awal musim hujan. Kebutuhan bibit pisang untuk luas penanaman satu hektar tergantung pada jarak tanamnya. Untuk jarak tanam 6mX6m dibutuhkan 1.700 bibit, jika jarak tanam 5m x 5m dibutuhkan 2.000 bibit, sedangkan jarak tanam 4m x 4m dibutuhkan 2.500 bibit.
Bahan perbanyakan biasanya ditanamkan sedalam 30 cm. Pisang dapat dijadikan tanaman utama atau tanaman pencampur pada sistem tumpang sari. Pisang biasanya ditanam sebagai tanaman perawat (nurse drop) untuk tanaman muda coklat, kopi, lada, dan sebagainya. Juga dapat digunakan sebagai tanaman sela pada perkebunan karet atau kelapa sawit yang baru dibangun, atau ditanam di bawah pohon-pohon kelapa yang telah dewasa. Jika ditanam sebagai tanaman utama, pisang biasanya ditumpangsarikan dengan tanaman semusim.
4. Pemeliharaan
Penyiangan
Penyiangan berulang-uiang diperlukan sampai pahon-pohon pisang dapat menaungi dan menekan gulma. Gulma diberantas dengan caracara mekanik (dibabat, dibajak, - dan sebagainya) atau dengan tangan: Herbisida pratumbuh cukup efektif, dan jika tanaman telah mencapai tinggi 1,5 m atau lebih, dapat digunakan herbisida kontak.

Pemupukan
Pisang memerlukan sejumlah besar hara. Di pekarangan pemakaian pupuk kandang dan kompos dianjurkan, yang dikombinasikan dengan 0,25 kg urea dan kalium nitrat (muriate of potash) setiap tiga bulan untuk masing-masing rumpun.

Pengairan
Pengairan diperlukan di areal yang memiliki musim kemarau panjang, tetapi juga jika curah hujannya kurang dari 200-220 mm bulan. Air dapat dialirkan melalui parit atau disemprotkan; kini pengairan-tetesan (drip irrigation) telah banyak diterima. Selama putaran pemangkasan ringan, daun-daun yang layu dipotong agar diperoleh mulsa dan untuk menghindari sumber infeksi melalui penyakit-penyakit daun.

Pengurangan anakan
DI perkebunan skala komersial beberapa tindakan lain dilakukan untuk mempertahankan produktivitas yang tinggi dan untuk menjamin buah berkualitas baik untuk pasatan (ekspor). Tindakan-tindakan itu mencakup pembuangan anakan, pembuangan tunggui-tunggul, pemotongan jantung pisang, dan pengurangan tandan buah.
Setiap 6-12 minggu tanaman pisang dibuangi anakannya, hanya ditinggalkan satu tanaman induk (yang sedang berbuah), satu batang anakan (yang tertua), dan dalam hal tanamansirung (ratoons), satu tanaman cucu. Pada kepadatan yang rendah, setiap rumpun dapat berisi 2 batang induk berikut 2 anakannya.
Jadi, untuk menghindari berjejalnya batang, dan untuk mengatur panen yang berurutan dalam setiap rumpun, satu anakan disisakan pada satu pohon induk setiap 6-10 bulan (atau lebih untuk daerah beriklun sejuk) untuk menghasilkan tandan berikutnya. Hanya anakan yang sehat dan tertancap dalam yang boleh disisakan.
Penyangga atau tali dapat memberikan dukungan tambahan bagi tanaman yang berisi tandan buah; topangan ini akan menghindarkan tanarnan dari patahnya batang karena keberatan oleh tandan. Jantung pisang hendaknya segera dibuang setelah 2 sisir terakhir dari tandan itu muncul.
Pada waktu yang bersamaan, satu atau dua sisir terakhir mungkin perlu dibuang untuk meningkatkan panjangnya masing-masing buah pisang yang tersisa, dan tandan itu mungkin perlu dikarungi. Karung itu dapat berupa kantung plastik yang telah diberi insektisida, maksudnya untuk menghindari kerusakan oleh serangga, burung, debu, dan sebagainya, dan untuk menaikkan suhu tandan, memajukan pertumbuhan buah, terutama untuk daerah beriklim dingin.

4. Panen dan Pasca Panen
Panen
Buah pisang dipanen ketika masih mentah. Pemetikan yang dilakukan pada tingkat kematangan yang tepat akan menghasilkan buah pisang yang prima. Tanda-tanda buah pisang yang mempunyai tingkat kematangan cukup antara lain:
- Buah tampak berisi dan bagian tepi buah sudah tidak ada lagi
- Pada sisir buah bagian atas sudah ada yang matang sekitar 2-3buah
- Tangkai pada putik telah gugur

Tingkat kematangan diperkirakan dari adanya sikusiku pada individu buah; buah yang penampang melintangnya lebih bulat berarti lebih matang. Sewaktu berat buah meningkat dengan cepat sejalan dengan menghilangnya siku-siku pada buah, buah pisang juga menjadi lebih rentan terhadap kerusakan selama pengangkutan, dan buah itu tidak dapat bertahan lama, karenanya harus dipetik lebih awal.
Untuk memanen pisang diperlukan 2 orang, si pemanen dan si pengumpul. Si pengumpul menyandang bantalan bahu untuk menahan jatuhnya tandan setelah si pemanen menusuk batang pisang dengan parang, sehingga bagian atas pohon beserta tandannya merunduk. Diperlukan satu galah bamboo untuk menopang tandan sampai menyentuh bantalan di bahu: Setelah tandan itu merendah dengan cara begitu, si pemanen memotong gagang tandan dengan menyisakan sebagian gagang yang masih berada pada tandan, yang digunakan sebagai pegangan.
Tandan-tandan itu kemudian diangkut dengan hati-hati ke ruangan pengepakan melalui sistem kabel atau dengan gerobak yang ditarik oleh traktor.

Penanganan pasca panen
- Pengumpulan
Pisang yang telah dipanen dikumpulkan ditempat yang terlindung sinar matahari. Daun pisang dapat digunakan sebagai alas agar buah tidak luka. Sebelum dilakukan sortasi, tandan pisang disisir dahulu dengan menggunakan pisau yang tajam agar tidak terjadi luka. Kemudian buah pisang dibersihkan dan disemprot dengan fungisida untuk mencegah timbulnya bahaya penyakit selama saat penyimpanan.
- Sortasi dan Klasifikasi
Sortasi dan Klasifikasi dilakukan menurut ukuran besar dan kecilnya buah, kerusakan atau cacat buah, derajat kematangan, bobot buah dan keseragaman warna.
- Pengemasan
Pengemasan bertujuan agar memudahkan pengangkutan dan melindungi buah dari kerusakan mekanis yang terjadi selama pengangkutan.