-->

Mengenal Secara Singkat Tanaman Buah Jambu Mete ( Anacardium Occidentale L. )

Jambu mete merupakan tanamnan buah berupa pohon yang berasal dari Brasil Tenggara. Tanaman ini dibawa oleh pelaut Portugis ke India 425 tahun yang lalu, kemudian menyebar ke daerah tropis dan subtropis lainnya seperti Bahana, Senegal, Kenya, Madagaskar, Mozambik, Srilangka, Thailand, Malaysia, Filipina, dan Indonesia. Di antara sekian banyak negara produsen, Brasil, Kenya, dan India merupakan negara pemasok utama jambu mete dunia.

Jambu mete tersebar di seluruh Nusantara dengan nama berbeda-beda (di Sumatera Barat: jambu erang/jambu monye, di Lampung dijuluki gayu, di daerah Jawa Barat dijuluki jambu mede, di Jawa Tengah dan Jawa Timur diberi nama jambu monyet, di Bali jambu jipang atau jambu dwipa, dan di Sulawesi Utara disebut buah yaki


Sentra Penanaman Buah Alpukat / Avokad ( Persea americana Mill / Persea gratissima Gaerth )

Negara-negara penghasil alpukat dalam skala besar adalah Amerika (Florida, California, Hawaii), Australia, Cuba, Argentina, dan Afrika Selatan. Dari tahun ke ahun Amerika mempunyai kebun alpukat yang senantiasa meningkat. Di Indonesia, tanaman alpukat masih merupakan tanaman pekarangan, belum dibudidayakan dalam skala usahatani. Daerah penghasil alpukat adalah Jawa Barat, Jawa Timur, sebagian Sumatera, Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara. 


Klasifikasi Dan Jenis Tanaman Buah Alpukat / Avokad ( Persea Americana Mill / Persea Gratissima Gaerth )

Klasifikasi lengkap tanaman alpukat adalah sebagai berikut:
Divisi : Spermatophyta
Anak divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Bangsa : Ranales
Keluarga : Lauraceae
Marga : Persea
Varietas : Persea americana Mill

Berdasarkan sifat ekologis, tanaman alpukat terdiri dari 3 tipe keturunan/ras, yaitu:
1) Ras Meksiko
Berasal dari dataran tinggi Meksiko dan Equador beriklim semi tropis dengan
 etinggian antara 2.400-2.800 m dpl. Ras ini mempunyai daun dan buahnya yang berbau adas. Masa berbunga sampai buah bisa dipanen lebih kurang 6 bulan. Buah kecil dengan berat 100-225 gram, bentuk jorong (oval), bertangkai pendek, kulitnya tipis dan licin. Biji besar memenuhi rongga buah. Daging buah mempunyai kandungan minyak/lemak yang paling tinggi. Ras ini tahan terhadap suhu dingin.
2) Ras Guatemala
Berasal dari dataran tinggi Amerika Tengah beriklim sub tropis dengan ketinggian sekitar 800-2.400 m dpl. Ras ini kurang tahan terhadap suhu dingin (toleransi sampai -4,5 derajat C). Daunnya tidak berbau adas. Buah mempunyai ukuran yang cukup besar, berat berkisar antara 200-2.300 gram, kulit buah tebal, keras, mudah rusak dan kasar (berbintil-bintil). Masak buah antara 9-12 bulan sesudah berbunga. Bijinya relatif berukuran kecil dan menempel erat dalam rongga, dengan kulit biji yang melekat. Daging buah mempunyai kandungan minyak yang sedang.
3) Ras Hindia Barat
Berasal dari dataran rendah Amerika Tengah dan Amerika Selatan yang beriklim tropis, dengan ketinggian di bawah 800 m dpl. Varietas ini sangat peka terhadap suhu rendah, dengan toleransi sampai minus 2 derajat C. Daunnya tidak berbau adas, warna daunnya lebih terang dibandingkan dengan kedua ras yang lain. Buahnya berukuran besar dengan berat antara 400-2.300 gram, tangkai pendek, kulit buah licin agak liat dan tebal. Buah masak 6-9 bulan sesudah berbunga. Biji besar dan sering lepas di dalam rongga, keping biji kasar. Kandungan minyak dari daging buahnya paling rendah. Varietas-varietas alpukat di Indonesia dapat digolongkan menjadi dua, yaitu:
1) Varietas unggul
Sifat-sifat unggul tersebut antara lain produksinya tinggi, toleran terhadap hama dan penyakit, buah seragam berbentuk oval dan berukuran sedang, daging buah berkualitas baik dan tidak berserat, berbiji kecil melekat pada rongga biji, serta kulit buahnya licin. Sampai dengan tanggal 14 Januari 1987, Menteri Pertanian telah menetapkan 2 varietas alpukat unggul, yaitu alpukat ijo panjang dan ijo bundar. Sifat-sifat kedua varietas tersebut antara lain:
a. Tinggi pohon: alpukat ijo panjang 5-8 m, alpukat ijo bundar 6-8 m.
b. Bentuk daun: alpukat ijo panjang bulat panjang dengan tepi rata, alpukat ijo bundar bulat panjang dengan tepi berombak.
c. Berbuah: alpukat ijo panjang terus-menerus, tergantung pada lokasi dan kesuburan lahan, alpukat ijo bundar terus-menerus, tergantung pada lokasi dan kesuburan lahan.
d. Berat buah: alpukat ijo panjang 0,3-0,5 kg, alpukat ijo bundar 0,3-0,4 kg
e. Bentuk buah: alpukat ijo panjang bentuk pear (pyriform), alpukat ijo bundar lonjong (oblong).
f. Rasa buah: alpukat ijo panjang enak, gurih, agak lunak, alpukat ijo bundar enak, gurih, agak kering.
g. Diameter buah: alpukat ijo panjang 6,5-10 cm (rata-rata 8 cm), alpukat ijo bundar 7,5 cm.
h. Panjang buah: alpukat ijo panjang 11,5-18 cm (rata-rata 14 cm), alpukat ijo bundar 9 cm.
i. Hasil: alpukat ijo panjang 40-80 kg /pohon/tahun (rata-rata 50 kg), alpukat ijo bundar 20-60 kg/pohon/tahun (rata-rata 30 kg).
2) Varietas lain
Varietas alpukat kelompok ini merupakan plasma nutfah Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi, Tlekung, Malang. Beberapa varietas alpukat yang terdapat di kebun percobaan Tlekung, Malang adalah alpukat merah panjang, merah bundar, dickson, butler, winslowson, benik, puebla, furete, collinson, waldin, ganter, mexcola, duke, ryan, leucadia, queen dan edranol.


Syarat Tumbuh Bunga Puring












Suryani (2008) mengemukakan bahwa syarat tumbuh tanaman puring, meliputi cahaya, temperatur, dan kelembaban.

1. Cahaya
Di habitat aslinya, tanaman puring tumbuh di tempat terbuka dengan sinar matahari penuh. Namun demikian, di tempat teduh pun puring dapat tumbuh dengan subur. Sebagaimana tanaman lainnya, puring membutuhkan sinar matahari dalam proses metabolismenya, terutama dalam proses fotosintesis. 

Tanpa sinar matahari, proses tumbuh dan berkembangnya tanaman akan terhambat. Setiap tanaman membutuhkan cahaya dengan intensitas yang berbeda-beda. Intensitas cahaya adalah banyaknya cahaya yang diterima setiap tanaman setiap harinya. 

Kebutuhan intensitas cahaya puring berkisar antara 90-100%, dengan lama penyinaran 10-12 jam/hari. Pada umumnya tanaman puring tidak membutuhkan naungan. Jika cahaya terlalu sedikit, warna daun tidak cemerlang, rata-rata warna yang muncul hanya hijau. 

Beberapa jenis puring berdaun cerah, akan lebih terlihat tajam/jelas warna daunnya apabila terkena sinar matahari sehingga sangat baik dijadikan tanaman outdoor.

2. Temperatur
Tanaman puring dan kerabatnya tumbuh paling ideal pada temperatur sekitar 18 – 20 0C. Namun beberapa jenis tertentu, seperti puring yang berdaun kecil menyukai suhu sekitar 30 0C. Suhu tersebut merupakan suhu rata-rata di Indonesia. 

Jadi, tanaman puring sangat ideal ditanam di Indonesia ini. Pada suhu rendah, daun akan lebih sempit tetapi tebal, sedangkan pada suhu tinggi, daun akan lebih lebar tetapi tipis.

3. Kelembaban
Tanaman puring menyukai kelembaban sedang. Kelembaban optimal untuk puring berkisar antara 30-60% yang didukung dengan sirkulasi udara yang lancar atau tidak terhambat. Dengan demikian, tanaman ini mampu tumbuh di daerah kering. 

Kelembaban yang terlalu tinggi akan merangsang munculnya serangan hama dan penyakit, terutama penyakit yang disebabkan oleh.


Hama Dan Penyakit Utama Pada Tanaman Cabe


Ulat Grayak. Pengendalian terpadu yang dilakukan adalah kultur teknis, hayati dan kimiawi. Cara kultur teknis dengan menjaga kebersihan kebun dari gulma dan sisa-sisa tanaman yang menjadi tempat persembunyian hama. Cara hayati dengan menyemprotkan cairan berbahan aktif Bacilus thuringiensis seperi Dipel, Florbac, Bactospine dan Thuricide. Cara kimiawi dengan menyemprotkan insektisida Hostathion 40 EC (2 cc/L) atau Orthene 75 SP I g/L

Kutu Daun. Pengendalian secara terpadu dilakukan dengan cara kultur teknis yaitu menanam tanaman perangkap (trap crop) disekeliling kebun cabe misalnya jagung. Cara kimiawi dengan menyemprotkan insektisida yang efektif dan selektif seperti Deltamethrin 25 EC (0,1 - 0,2 cc/L), Decis 2,5 EC (0,04% atau
Orthene 75 SP 0,1%.)

Lalat Buah. Pengendalian hama ini dilakukan secara terpadu dengan cara pergiliran tanaman yang bukan tanaman inang, mengumpulkan buah cabe yang terserang lalu dimusnahkan; pemasangan perangkap beracun metil eugenol serta disemprot dengan insektisida Buldok, Lannate ataupun Tamaron.

Layu bakteri. Penyebaran penyakit dapat melalui benih, bibit, bahan tanaman yang sakit dan residu tanaman. Pengendalian terpadu dilakukan dengan perlakuan benih dengan cara direndam
dalam bakterisida Agrimycin 0,5 g/L selama 5 - 15 menit.

Layu fusarium. Penyakit disebabkan organisme cendawan yang bersifat tular tanah. Gejala serangan adalah terjadinya pemucatan warna tulang-tulang daun disebelah aas dan diikuti dengan merunduknya tangkai-tangkai daun. Pengendalian dilakukan dengan perlakuan benih direndam dalam larutan fungisida Benlate atau Derosal 0,5 - 1,0 g/L selama 5 - 15 menit. Pengapuran tanah sebelum tanam dengan dolomit pada tanah yang ber pH rendah. 


Hama Dan Penyakit Utama Pada Tanaman Tomat (Lycopersicon sp. Mill.)






Hama Tanaman Tomat

Hama yang sering menyerang tanaman tomat yaitu: Heliothis armigera (buah menjadi busuk dan rontok, juga menyerang pucuk cabang); Agrotis epsilon (daun tinggal rangkanya); Thrips spp (daun bergaris kecil berwarna perak dan layu); dan Nematoda (Meloidogyna sp.) menyerang akar tanaman sehingga berbinti-bintil. 

Penyakit Tanaman Tomat

Penyakit yang sering menyerang tanaman tomat antara lain:
  1. Phytoptora infestans (bercak daun pada ujung dan pinggir daun sebelah bawah yang meluas keseluruh daun),
  2. Fusarium oxysporum (tulang daun menguning dan tangkai merunduk, tanaman kerdil, buah terbentuk tetapi kecil-kecil);
  3. Pseudomonas solanacearum (kelayuan dimulai dari bagian pucuk dan merambat keseluruh bagian tanaman, batang menjadi lembek). 

Kalau terpaksa menggunakan pestisida, gunakan jenis pestisida yang aman mudah terurai seperti pestisida biologi, pestisida nabati atau pestisida piretroid sintetik. Penggunaan pestisida tersebut harus dilakukan dengan benar baik pemilihan jenis, dosis, volume semprot, cara aplikasi, interval dan waktu aplikasinya.


Hama Dan Penyakit Utama Pada Tanaman Kacang panjang (Vigna sinensis)

Lalat kacang (Ophiomya phaseoli Tryon), Gejala: terdapat bintik-bintik putih sekitar tulang daun, pertumbuhan tanaman yang terserang terhambat dan daun berwarna kekuningan, pangkal batang terjadi perakaran sekunder dan membengkak. Pengendalian: dengan cara pergiliran tanaman yang bukan dari famili kacangkacangan.

Kutu daun (Aphis cracivora Koch) Gejala: pertumbuhan terlambat karena hama mengisap cairan sel tanaman. Kutu bergerombol di pucuk tanaman dan berperan sebagai vektor virus. Pengendalian: dengan cara pergiliran tanaman yang bukan dari famili kacang-kacangan.
Ulat grayak (Spodoptera litura F.) Gejala: daun berlubang dengan ukuran tidak pasti, serangan berat di musim kemarau, juga menyerang polong. Pengendalian: dengan kultur teknis, rotasi tanaman, penanaman serempak.

Penggerek biji (Callosobruchus maculatus L) Gejala: biji dirusak berlubang-lubang, hancur sampai 90%. Pengendalian: dengan membersihkan dan memusnahkan sisa-sisa tanaman tempat persembunyian hama. Benih kacang panjang diberi perlakuan minyak jagung 10 cc/kg biji.
Ulat bunga (Maruca testualis) Gejala: larva menyerang bunga yang sedang membuka, kemudian memakan polong. Pengendalian: dengan rotasi tanaman dan menjaga kebersihan kebun dari sisa-sisa
tanaman.

Penyakit Antraknose (jamur Colletotricum lindemuthianum) Gejala serangan dapat diamati pada bibit yang baru berkecamabah, semacam kanker berwarna coklat pada bagian batang dan keeping biji. Pengendalian: dengan rotasi tanaman.

Penyakit mozaik (virus Cowpea Aphid Borne Virus/CAMV). Gejala: pada daun-daun muda terdapat gambaran mosaik yang warnanya tidak beraturan. Penyakit ditularkan oleh vektor kutu daun. Pengendalian: gunakan benih sehat dan bebas virus, semprot vector kutu daun, tanaman yang terserang dicabut dan dibakar.

Penyakit sapu (virus Cowpea Witches-broom Virus Cowpea Stunt Virus.) Gejala: pertumbuhan tanaman terhambat, ruas-ruas (buku-buku) batang membentuk "sapu". Penyakit ditularkan kutu daun. Pengendalian: gunakan benih sehat dan bebas virus, semprot vector kutu daun, tanaman yang terserang dicabut dan dibakar.

Layu bakteri (Pseudomonas solanacearum) Gejala: tanaman mendadak layu dan serangan berat menyebabkan tanaman mati. Pengendalian: dengan rotasi tanaman, perbaikan drainase dan pemusnahan.


Rambutan Binjai

Rambutan Binjai yang merupakan salah satu rambutan yang terbaik di Indonesia dengan buah cukup besar, dengan kulit berwarna merah darah sampai merah tua rambut buah agak kasar dan jarang, rasanya manis dengan asam sedikit, hasilbuah tidak selebat aceh lebak bulus tetapi daging buahnya ngelotok.


Rambutan Cimacan

Rambutan Cimacan, kurang lebat buahnya dengan rata-rata hasil 90-170 ikat per pohon, kulit berwarna merah kekuningan sampai merah tua, rambut kasar dan agak jarang, rasa manis, sedikit berair tetapi kurang tahan dalam pengangkutan. 


Hama Dan Penyakit Tanaman Wortel

Hama
1.        Ulat tanah (Agrotis ipsilon Hufn.)
Hama ini sering disebut uler lutung (Jawa) atau hileud taneuh (Sunda) dan "Cutworms" (Inggris). Serangga dewasa berupa kupu-kupu berwarna coklat tua, bagian sayap depannya bergaris-garis dan terdapat titik putih. Stadium hama yang merugikan tanaman adalah ulat atau larva. Ciri: ulat tanah adalah berwarna coklat sampai hitam, panjangnya antara 4-5 cm dan bersembunyi di dalam tanah. Gejala: ulat tanah menyerang bagian pucuk atau titik tumbuh tanaman wortel yang masih muda. Akibat serangan, tanaman layu atau terkulai, terutama pada bagian tanaman yang dirusak hama. Pengendalian non kimiawi: dilakukan dengan mengumpulkan ulat pada pagi atau siang hari, dari tempat yang dicurigai bekas serangannya untuk segera dibunuh, menjaga kebersihan kebun dan pergiliran tanaman. Pengendalian kimiawi: dengan menggunakan insektisida Furadan 3G atau Indofuran 3G pada saat tanam atau disemprot Hostathion 40 EC dan lain-lain pada konsentrasi yang dianjurkan.
2.        Kutu daun (Aphid, Aphis spp.)
Ciri: kutu daun dewasa berwarna hijau sampai hitam, hidup berkelompok di bawah daun atau pada pucuk tanaman. Gejala: menyerang tanaman dengan cara mengisap cairan selnya, sehingga menyebabkan daun keriting atau abnormal. Pengendalian: mengatur waktu tanam secara serempak dalam satu hamparan lahan untuk memutus siklus hidupnya.
3.        Lalat atau magot (Psila rosae)
Gejala: stadium hama yang sering merusak tanaman wortel adalah larvanya. Larva masuk ke dalam umbi dengan cara menggerek atau melubanginya. Pengendalian: pergiliran tanaman dengan jenis yang tidak sefamili atau disemprot insektisida Decis 2,5 EC dan lain-lain dengan dosis yang dianjurkan.


Penyakit
1.        Bercak daun Cercospora
Penyebab: cendawan (jamur) Cercospora carotae (Pass.) Solheim. Gejala: pada daun-daun yang sudah tua timbul bercak-bercak berwarna coklat muda atau putih dengan pinggiran berwarna coklat tua sampai hitam. Pengendalian: (1) disinfeksi benih dengan larutan fungisida yang mengandung tembaga klorida satu permil selama 5 menit; (2) pergiliran tanaman dengan jenis lain yang tidak sefamili; (3) pembersihan sisa-sisa tanaman dari sekitar kebun; (4) penyemprotan fungisida yang mangkus dan sangkil seperti Dithane M-45 0,2%.
2.        Nematoda bintil akar
Penyebab: mikro organisme nematoda Sista (Heterodera carotae). Gejala: umbi dan akar tanaman wortel menjadi salah bentuk, berbenjol-benjol abnormal. Pengendalian: melakukan pergiliran tanaman dengan jenis lain yang tidak sefamili, pemberaan lahan dan penggunaan nematisida seperti Rugby 10 G atau Rhocap 10 G.
3.        Busuk alternaria
Penyebab: cendawan Alternaria dauci Kuhn. Gejala: Pada daun terjadi bercak-bercak kecil, berwarna coklat tua sampi hitam yang dikelilingi oleh jaringan berwarna hijau-kuning (klorotik). Pada umbi ada gejala bercak-bercak tidak beraturan bentuknya, kemudian membusuk berwarna hitam sampai hitam kelam. Pengendalian: sama dengan cara yang dilakukan pada Cercospora.


Hog Feeding

Hog  Feeding, yaitu cara pengelolaan yang dengan sengaja mengorganisisr sampah jenis gerbage untuk digunakan makanan babi. Dipandang dari segi ekonomi, cara ini bukan saja menguntungkan bagi peternak babi, tetapi juga volume sampah yang tersimpan di lahan pembuangan akhir berkurang jumlahnya.

Pohon Dadap

Pohon dadap banyak berduri, pada musim kemarau daunnya rontok, fungsi penaung , justru sewaktu dibutuhkan hilang. Pertumbuhan sukar dikendalikan, tapi cepat menutup dan produksi daun banyak. 


Sistematika dan klasifikasi Bawang Merah

Bawang merah termasuk kedalam golongan spermatophyte, sub golongan angiospermae, klas monocotyledonae, ordo liliflorae, dan family amaryllidaceae. Akan tetapi beberapa ahli botani menempatkan bawang merah kedalam family liliaceae, karena bunga dan rangkaian bunganya menyerupai bunga lili (bunga tulip). Walaupunh demikian bawang merah lebih menyerupai amaryllis(bunga narcissus).

Bawang merah termasuk kedalam genus allium. Lebih dari 500 species yang merupakan anggota allium, akan tetapi yang telah dibudidayakan dapat dibagi menjadi 7 kelompok:


1.      Allium cepa l (kelompok bawang biasa), seperti Bombay, aggregatum seperti shallot (bawang merah) dan kelompok proliferum seperti bawang mesir. Jenis bawang ini mempunyai daun seperti pipa.

2.      Allium sativum l (bawang putih), jenis bawang ini mempunyai daun seperti pita.

3.      Allium ampeloprasum l atau allium porrum l (kelompok bawang prei yang berbatang besar, kelompok bawang timur atau “leek” dan kelompok kurrat). Jenis bawang ini mempunyai daun seperti pipa.



Kadar Kolesterol Ayam Goreng Sangat Tinggi Dibanding Dengan Yang Dikukus

Meskipun ayam jadi pilihan sajian yang rendah lemak, tapi cara memasaknya juga harus diperhatikan. Ayam yang digoreng dengan deep fried, kadar kolesterolnya jadi sangat tinggi dibandingkan dengan yang dikukus, terutama di bagian kulit.

Karena paha ayam dikelilingi kulit, kadar lemak dan kolesterolnya sangat tinggi. Bahkan lebih tinggi dibandingkan es krim atau burger. Pilihan terbaik adalah mengkonsumsi daging ayam tanpa kulit.


Kandungan Kolesterol Dalam Udang

Sajian laut satu ini memang kaya akan gizi, tapi waspada kandungan kolesterolnya. Sebanyak 100 udang mengandung 195 miligram kolesterol atau sudah memenuhi 65 persen kebutuhan harian. Satu udang rata-rata mengandung 11 mg kolesterol dan memenuhi 4 persen kebutuhan harian. 



Sejarah Bawang Merah

Menurut beberapa pustaka, sumber genetika bawang merah berasal dari deretan daerah antara india, Pakistan, sampai palestina. Tanaman ini telah dikenal sejak 3200 – 2700 tahun sebelum masehi dimesir, dan 1500 tahun sebelum masehi di Israel. Pada kira-kira 2100 tahun sebelum masehi bawang merah telah dikembangkan di yunani kuno. Hal ini dapat dilihat pada patung-patung, tugu-tugu, batu-batu peninggalan zaman dinasti mesir, yunani kuno dan sebagainya(ALBERT HILL, 1951; HERKLOTS, 1972). Dari sini bawang merah meluas keeropa barat, eropa timur, dan spanyol yakni kira-kira 1000 tahun yang lalu. Selanjutnya meluas ke amerika serikat dan akhirnya meluas keasia timur dan asia tenggara.


Tampaknya pada zaman dahulu, bawang merah merupakan sumber kesejahteraan manusia dan pengobatan, hingga selalu dilambangkan pada barang-barang peninggalan tersebut. Oleh karena itu sampai sekarang bawang merah masih sering digunakan oleh orang-orang untuk pengobatan sakit panas, masuk angin, disentri, gigitan serangga dan sebagainya.


Manfaat Rambutan

Tanaman buah rambutan sengaja dibudidayakan untuk dimanfaatkan buahnya yang mempunyai gizi, zat tepung, sejenis gula yang mudah terlarut dalam air, zat protein dan asam amino, zat lemak, zat enzim-enzim yang esensial dan nonesensial, vitamin dan zat mineral makro, mikro yang menyehatkan keluarga, tetapi ada pula sementara masyarakat yang memanfaatkan sebagai pohon pelindung di pekarangan, sebagai tanaman hias.


Jenis Tanaman Rambutan

Dari survey yang telah dilakukan terdapat 22 jenis rambutan baik yang berasal dari galur murni maupun hasil okulasi atau penggabungan dari dua jenis dengan galur yang berbeda. Ciri-ciri yang membedakan setiap jenis rambutan dilihat dari sifat buah (dari daging buah, kandungan air, bentuk, warna kulit, panjang rambut). Dari sejumlah jenis rambutan diatas hanya beberapa varietas rambutan yang digemari orang dan dibudidayakan dengan memilih nilai ekonomis relatif tinggi diantaranya:


1) Rambutan Rapiah buah tidak terlalu lebat tetapi mutu buahnya tinggi, kulit berwarna hijau-kuning-merah tidak merata dengan beramut agak jarang, daging buah manis dan agak kering, kenyal, ngelotok dan daging buahnya tebal, dengan daya tahan dapat mencapai 6 hari setelah dipetik.

2) Rambutan Aceh Lebak bulus pohonnya tinggi dan lebat buahnya dengan hasil rata-rata 160-170 ikat per pohon, kulit buah berwarna merah kuning, halus, rasanya segar manis-asam banyak air dan ngelotok daya simpan 4 hari setelah dipetik, buah ini tahan dalam pengangkutan.

3) Rambutan Cimacan, kurang lebat buahnya dengan rata-rata hasil 90-170 ikat per pohon, kulit berwarna merah kekuningan sampai merah tua, rambut kasar dan agak jarang, rasa manis, sedikit berair tetapi kurang tahan dalam pengangkutan.

4) Rambutan Binjai yang merupakan salah satu rambutan yang terbaik di Indonesia dengan buah cukup besar, dengan kulit berwarna merah darah sampai merah tua rambut buah agak kasar dan jarang, rasanya manis dengan asam sedikit, hasilbuah tidak selebat aceh lebak bulus tetapi daging buahnya ngelotok.

5) Rambutan Sinyonya, jenis rambutan ini lebat buahnya dan banyak disukai terutama orang Tionghoa, dengan batang yang kuat cocok untuk diokulasi, warna kulit buah merah tua sampai merah anggur, dengan rambut halus dan rapat,rasa buah manisa sam, banyak berair, lembek dan tidak ngelotok.


Teknik Budidaya Bayam Tahun

Deskripsi

Daunnya lebar-lebar. Varitas caudatus mempunyai daun agak panjang dengan ujung runcing dan berwarna hijau atau merah tua. Bunganya dalam rangkaian panjang dan terkumpul pada ujung-ujung batang. Varitas paniculatus daunnya lebih lebar, berwarna hijau dengan rangkaian bunga panjang dan lebih teratur dari pada varitas caudatus serta rangkaian bunganya tersebar tiap-tiap ketiak daun (cabang). Bayam tahun biasa ditanam dipinggir pekarangan rumah dan dipungut daun-daunnya (ujung cabang) saja, walaupun dapat pula diusahakan sebagai bayam cabutan.



Manfaat
Bayam sudah sangat dikenal oleh masyarakat. Sebagian orang berpendapat bahwa bayam mempunyai rasa enak, lunak, dan dapat memberikan rasa dingin di perut. Sedangkan sebagian lagi mengatakan bahwa bayam adalah sayuran yang tidak komplet, daunnya cenderung akan terasa seperti bubur bila terlalu lama dimasak, dan berkandungan besi terlalu tinggi. Terlepas dari kedua pendapat itu, sebenarnya bayam merupakan sayuran yang banyak mengandung vitamin dan garam-garam mineral yang dibutuhkan tubuh manusia KANDUNGAN GIZI BAYAM Kandungan gizi (flap 100 g bahan) Jumlah Kalori 36 kal Protein 3,5 g Lemak 0,5 g Hidrat arang 6,5 g Vitamin B1 908 mg Vitamin A 6.090 SI Vitamin C 80 mg Kalsium (Ca) 267 mg Fosfor (P) 67 mg Besi (Fe) 3,9 mg Air 86,9 g (Rusli Hukum dan Sri Kuntarsih, 1990)


Syarat Tumbuh
Tanaman bayam dapat tumbuh kapan saja baik pada waktu musim hujan ataupun kemarau. Tanaman ini kebutuhan airnya cukup banyak sehingga paling tepat ditanam pada awal musim hujan, yaitu sekitar bulan Oktober-November. Bisa juga ditanam pada awal musim kemarau, sekitar bulan Maret-April. Bayam sebaiknya ditanam pada tanah yang gembur dan cukup subur. Apalagi untuk bayam cabut, tekstur tanah yang berat akan menyulitkan produksi dan panennya. Tanah netral ber-pH antara 6-7 paling disukai bayam untuk pertumbuhan optimalnya.

Pedoman Budidaya
Benih Bayam diperbanyak melalui biji. Hanya biji bayam tua yang baik dijadikan benih. Bila benih masih muda, daya tahan simpannya hanya sebentar dan daya tumbuhnya cepat turun. Benih yang berasal dari tanaman yang berumur sekitar tiga bulan daya simpannya dapat mencapai satu tahun. Benih diperoleh dengan membiarkan beberapa batang tanaman hingga berbunga dan berbuah. Buah dijemur hingga kering lantas dirontokkan. Kebutuhan benih bayam per 10 m2 adalah 2-5 g atau sekitar 2-5 kg/ha lahan. Penanaman Penanaman bayam tidak melalui persemaian lagi. Biji langsung disebar dan dipelihara hingga besar. Mula-mula tanah diolah hingga gembur. Kedalaman pencangkulan untuk bayam cabut ialah 20 cm, dan bayam petik 30 cm. Lantas tanah dibuat bedengan berukuran lebar 1 m. Panjang bisa dibuat 5 m atau lebih. Antar bedengan dibuat parit dengan lebar sekitar 30 cm. Tambahkan pupuk kandang pada bedengan. Tepi bedengan dibuat lebih tinggi agar benih bayam yang halus tidak terbawa oleh air hujan. Sebelum ditebar biji bayam yang berukuran halus diaduk rata dengan abu gosok atau pasir. Maksudnya agar bibit tak licin di tangan sehingga mudah ditebar secara merata. Penyebaran boleh dengan cara barisan atau merata ke semua arah. Setelah ditebar tutupi dengan lapisan tanah tipis-tipis. Lakukan penyiraman dengan ekstra hati-hati agar bibit tak berceceran terkena percikan air siraman. Lima hari setelah ditebar benih akan tumbuh sebagai tanaman muda.

Pemeliharaan
Pemeliharaan Tanaman muda harus disiram secara teratur. Saat hujan jarang turun penyiraman harus lebih diperhatikan. Senantiasa gunakan gembor halus untuk menyiram karena air siraman yang terlalu deras atau kuat bisa merubuhkan tanaman bayam yang batangnya memang tak begitu kokoh. Rumput-rumput yang tumbuh dicabut. Penyiangan dengan kored pada lahan bayam kebanyakan di luar areal pertanaman atau pada parit/tepi bedengan. Sedangkan rumput yang tumbuh di sela-sela tanaman lebih baik dicabut dengan tangan karena tak akan terlalu merusak tanaman bayam. Penjarangan dilakukan setelah tanaman tumbuh agak besar. Tanaman yang tumbuh terjepit, kalah bersaing, batang bengkok, dan sebagainya dicabut. Kadang-kadang beberapa petani tidak melakukan penjarangan pendahuluan. Penjarangan dilakukan sekaligus dengan panen pertama. Cara ini kurang baik bila menginginkan kualitas bayam yang bagus. Pemupukan Dosis pupuk kandang yang diberikan per hektar ialah 10 ton. Selain itu tambahkan juga pupuk Urea 150 kg, TSP 100 kg, dan KCl 75 kg per hektar. Pupuk kimia disebar di sebelah kiri-kanan tanaman. Bila tanaman bayam ditanam dalam barisan teratur, pupuk ditaruh 5 cm dari kiri dan kanan tanaman. Pupuk diberikan 7 hari setelah benih disebar.

Hama dan Penyakit
Hama yang sering menyerang bayam antara lain ulat daun. Ulat ini meninggalkan bekas gigitan pada daun berupa lubang-lubang atau pinggiran yang tak rata sebagai gejala serangan. Selain itu kutu daun (Myzus persicae) sering mengisap cairan daun bayam. Ciri serangannya daun melengkung dan berpilin. Serangan berat menyebabkan daun rontok, pertumbuhan tanaman lambat dan kerdil. Pengendaliannya dapat menggunakan insektisida biologis seperti Bacillus thurinoiensis (Dipel WP) dengan dosis 1 g/1 air. Bisa pula dengan menyemprotkan Diazinon dengan dosis 1-2 cc/1 air. Saat bayam masih muda sering diserang oleh penyakit rebah kecambah. Gejalanya ditunjukkan oleh pertumbuhan kecambah yang tidak normal, berbatang lemah, dan rebah. Penyebabnya adalah cendawan Rhizoctonia solani. Pengendalian penyakit oleh cendawan pada bayam dengan menggunakan fungisida Dithane M 45.

Panen dan Pasca Panen
Bayam petik dipanen berkali-kali. Setelah 1-1,5 bulan setelah tanam pemetikan awal boleh dimulai. Selanjutnya tanaman dibiarkan tumbuh kembali. Seminggu kemudian bisa dipetik lagi. (klik link dibawah ini untuk mendapatkan info menarik lainnya)

Sumber : www.bluefame.com/lofiversion/index.php/t27584.html 


Budidaya Jeruk Nipis Di Dalam Pot

jeruk didalam pot (tabulampot), yaitu bisa ditempatkan di lahan sempit. dengan tabulampot, jarak tanam yang diperlukan hanya sekitar 3m x 3m.
jika mempunyai halaman ukuran 10m x 10m, ada 9 tabulampot atau 9 tanaman yang bisa mengisi halaman tersebut. lain halnya jika jeruk ditanam ditanah, jarak tanamnya antara 5-6m x 5-6m. bahkan, untuk jeruk purut jarak tanam bisa mencapai 8m x 8m. dengan demikian, lahan dengan luas yang sama hanya berisi empat tanaman.

penanaman jeruk nipis dalam pot (tabulampot) sebenarnya disebabkan oleh keterbatasan lahan. akan tetapi, untuk bisnis jangka panjang dan jika lahan tersedia, sebaiknya jeruk nipis ditanam ditanah. asalkan bibitnya berkualitas, hasil produksi bisa lebih banyak. keunggulan penanaman jeruk nipis dalam pot lainnya adalah sebagai berikut :


1.  Tanaman umumnya mudah berbuah
2. Tanaman bisa berbuah banyak meskipun ditanam dalam pot
3. Tanaman sangat responsif terhadap lingkungan, terutama terhadap perlakuan untuk merangsang pembungaan atau pembuahan, seperti pemangkasan dan penyiraman atau stressing tanaman melalui pengaturan penyiraman.
4. jika sekadar untuk memenuhi kebutuhan sendiri, penanaman jeruk dalam pot bisa menjadi alternatif.
5. dalam skala kecil, menanam jeruk dalam pot bisa memberikan tambahan penerimaan


Penyakit VSD (Vascular Streak Dieback)

Penyakit VSD disebabkan oleh O. theobromae, yang dapat menyerang di pembibitan sampai tanaman dewasa.
Gejala tanaman terserang, daun-daun menguning lebih awal dari waktu yang sebenarnya dengan bercak berwarna hijau, dan gugur sehingga terdapat ranting tanpa daun (ompong). Bila permukaan bekas menempelnya daun diiris tipis, akan terlihat gejala bintik 3 kecoklatan. Permukaan kulir ranting kasar dan belang, bila diiris memanjang tampak jaringan pembuluh kayu yang rusak berupa garis-garis kecil (streak) berwarna kecoklatan.

Penyebaran penyakit melalui spora yang terbawa angin dan bahan vegetative tanaman. Perkembangan penyakit dipengaruhi oleh kelembapan. Embun dan cuaca basah membantu perkecambahan spora. Pelepasan dan penyebaran spora sangat dipengaruhi oleh cahaya gelap.

-   Pengendalian penyakit dengan memotong ranting/cabang terserang sampai 30 cm pada bagian yang masih sehat kemudian dipupuk NPK 1,5 kali dosis anjuran.
-  Pemangkasan bentuk yang sekaligus mengurangi kelembapan dan memberikan sinar matahari yang cukup. Pemangkasan dilakukan pada saat selesai panen sebelum muncul flush.
-   Parit draenase dibuat untuk menghindari genangan air dalam kebun pada musim hujan.
-  Untuk pencegahan, tidak menggunakan bahan tanaman kakao dari kebun terserang VSD, dan menanam klon kakao yang tahan atau toleran terhadap VSD.


Varietas Kacang Kedelai

Berikut adalah beberapa Varietas Kacang Kedelai yang telah di lepas pada tahun 2001 – 2004 :
1. Sinabung
Dilepas Tahun                        : 22 oktober 2001
SK Mentan                             : 533/kpts/TP.240/10/2001
Nomor Galur                          : MSC 9526-IV-C-4
Asal                                        : Silang Ganda 16 Tetua
Hasil Rata-rata                       : 2,16 t/ha
Warna Hipokotil                      : Ungu
Warna Epikotil                        : Hijau
Warna Bulu                            : Coklat
Warna Bunga                         : Ungu
Warna Kulit Biji                       : Kuning
Warna Polong Masak            : Coklat
Warna Hilum                          : Coklat
Bentuk Biji                              : Lonjong
Tipe Tumbuh                          : Determinit
Umur Berbunga                     : 35 Hari
Umur Saat Panen                  : 88 Hari
Tinggi Tanaman                     : 66 cm
Bobot 100 biji                          : 10,68 g
Ukuran biji                              : Sedang
Kandungan Protein                : 46,0 %
Kandungan Lemak                 : 13,0 %
Kerebahan                              : Tahan rebah
Ketahanan Thd Penyakit       : Agak Tahan karat daun
Sifat-sifat lain                          : Polong Tidak mudah Pecah
Wilayah Adaptasi                   : Lahan Sawah


2. Merubetiri
Dilepas Tahun                        : 15 April 2002
SK Mentan                             : 273/kpts/TP.240/4/2002
Nomor Galur                          : GC 88022-9-2
Asal                                        : Persilangan AVRDC
Daya Hasil                             : 2,5 – 3,0 t/ha
Warna Hipokotil                      : Ungu
Warna Epikotil                        : Hijau
Warna daun                            : Hijau
Warna Bulu                            : Coklat
Warna Bunga                         : Ungu
Warna Kulit Biji                       : Kuning
Warna Polong Masak            : Coklat
Warna Hilum                          : Coklat Muda
Bentuk Biji                              : Bulat Telur
Tipe Tumbuh                          : Semi Determinit
Umur Berbunga                     : 33 Hari
Umur Polong Masak              : 95 Hari
Tinggi Tanaman                     : 80-100 Cm
Bobot 100 biji                          : 13-14 g
Kandungan Protein                : 38-40 %
Kandungan Lemak                 : 20-22 %
Ketahanan Thd Hama            : -
Ketahanan Thd Penyakit       : -

3. Ijen
Dilepas Tahun                        : 5 Agustus 2003
SK Mentan                             : 384/Kpts/SR.120/8/2003
Nomor Galur                          : B4F3WH-177-382-109
Asal                                        : Silang balik varietas Wilis dengan Himeshirazu
Daya Hasil                             : 2,15-2,49 t/ha
Warna Hipokotil                      : Ungu
Warna Epikotil                        : Hijau
Warna Daun                           : Hijau
Bentuk Daun                          : Lonjong
Warna Bulu                            : Coklat
Warna Petiol                           : Coklat
Warna Bunga                         : Ungu
Warna Kulit Biji                       : Kuning Agak Mengkilap
Warna Polong Masak            : Coklat Tua
Warna Hilum                          : Coklat
Bentuk Biji                              : Lonjong
Tipe tumbuh                           : Determinit
Umur berbunga                      : 32 Hari
Umur Polong masak              : 83 Hari
Tinggi Tanaman                     : 51 cm
Bobot 100 biji                          : 11,23 g
Kandungan protein                 : 36,4 %
Kandungan lemak                  : 13,2 %
Ketahanan Thd Hama            : Agak tahan ulat grayak
Ketahanan Thd Penyakit       : -

4. Seulawah
Dilepas Tahun                        : 17 Maret 2004
SK Mentan                             : 169/Kpts/LB.240/3/2004
Nomor Galur                          : W3898-14-3
Asal                                        : Wilis x No. 3898
Daya Hasil                             : 1,6-2,5 t/ha
Warna Hipokotil                      : Ungu
Warna Epikotil                        : Kuning
Warna Daun                           : Hijau-hijau tua
Warna Bulu                            : Coklat
Warna Bunga                         : Ungu
Warna Kulit Biji                       : Kuning Agak Kehijauan
Warna Polong Masak            : Coklat
Warna Hilum                          : Coklat Tua
Bentuk Biji                              : Agak Bulat
Tipe tumbuh                           : Determinit
Umur berbunga                      : 39 Hari
Umur Polong masak              : 93 Hari
Tinggi Tanaman                     : 100 cm
Bobot 100 biji                          : 9,5 g
Kandungan protein                 : 45,9 %
Kandungan lemak                  : 12,1 %
Ketahanan Rebah                  : Agak Tahan
Ketahanan Thd Penyakit       : Tahan Penyakit Karat Daun Lahan Kering Masam Sumatera Barat, lampung dan Kalimantan selatan

Diolah dari berbagai sumber