-->

Bahan Pembuat Pestisida Nabati, Paku ekor kuda (Equisetum arvense)


Klasifikasi :
Divisi : Sphenophyta
Kelas : Equisetopsida
Bangsa : Equisetales
Suku : Equisetaceae
Marga : Equisetum
Jenis : Equisetum arvense

Nama daerah : Rumput betung (Melayu), tataropongan (Sunda), petongan (Jawa).

Nama Inggris : Horse Tail.

Nama umum : Paku ekor kuda.

Ciri – Ciri : Tumbuhan yang bersifat tahunan, berukuran kecil dengan tinggi 0,2-1.5 m. Batang beruas-ruas dan tegak lurus berbentuk bulat. Tumbuhan ini tidak memiliki bunga, namun pada ujung batangnya terdapat suatu badan yang berbentuk gada atau kerucut. 

Hal ini disebabkan oleh sporofil yang mengumpul pada ujung batang. Daun,  tersusun dalam suatu karangan yang terdapat pada ruas-ruas batang. Daunnya kecil seperti sisik,  bentuknya meruncing. 

Daun-daunnya berlekatan pada bagian bawah membentuk suatu  sarung yang menyelubungi pangkal ruas-ruas batang, memeluk batang.Tepi daunnya rata dengan tulang daunnya yang sejajar.  Akar merayap dalam tanah.

Penyebaran : Tumbuhan ini berasal dari Amerika Tropik.

Habitat : Tumbuhan ini hidup pada tempat yang lembab, basah, dan berpasir. Namun,ada sebagian yang hidup di darat dan di rawa-rawa Kandungan kimia yang terkandung dalam tumbuhan ini antara lain adalah saponin, alkaloid dan flavonoid. Bagian tanaman yang digunakan adalah daun.

Cara kerja : Bersifat sebagai insektisida Khasiat lain dari tumbuhan ini adalah untul diuretik.


(sumber : Setiawati, R. Murtiningsih, N. Gunaeni, dan T. Rubiati: Tumbuhan Bahan Pestisida Nabati dan Cara Pembuatannya untuk Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT), 2008  Balai Penelitian Tanaman Sayuran )


Bahan Pembuat Pestisida Nabati, Pacar cina (Aglaia odorata Lour.)

Klasifikasi :
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Rutales
Suku : Meliaceae
Marga : Aglaia
Jenis : Aglaia odorata  Lour.

Nama daerah : Culan (Sunda), pacar cina (Sumatera), bunga maniran (Borneo), pacar culam (Maluku, Jawa).

Nama Inggris : Culan.

Nama Indonesia : Pacar cina.

Diskripsi tanaman : Perdu, tinggi 2 - 6 m, batang berkayu, bercabang banyak, tangkai berbintik-bintik hitam. Daun majemuk menyirip ganjil yang tumbuh berseling, anak daun 3 - 5. Anak daun bertangkai pendek, bentuk bundar telur sungsang, panjang 3 - 6 cm, lebar 1 - 3,5 cm, ujung runcing, pangkal meruncing, tepi rata, permukaan licin mengilap terutama daun muda. 

Bunga dalam malai rapat, panjangnya 5-16 cm, warna kuning, dan harum. Buah buni, bulat lonjong, warnanya merah,panjang 6-7 mm,dengan ruang 1-3, biji  berjumlah 1-3 buah.

Distribusi/penyebaran : Daerah penyebaran tumbuhan meliputi India, Cina bagian selatan, Laos, Asia Tenggara, Australia bagian utara dan kepulauan di Samudra Pasifik. Di Indonesia tumbuhan ini dapat ditemui tumbuh di pulau Sumatera, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, Bali dan Flores.

Habitat : Pacar cina sering ditanam di kebun dan pekarangan sebagai tanaman hias, atau tumbuh liar di ladang-ladang yang cukup mendapat sinar matahari.

Kandungan kimia : Culan mengandung alkaloida, saponin, flavonoida, tanin, serta minyak atsiri. Pada daun A. odorata selain rokaglamida juga ditemukan dan tiga senyawa turunannya, yaitu desmetil- rokaglamida, metil rokaglat dan rokaglaol.

OPT sasaran : Tungau (Tetranychus urticae), ulat crop kubis (Crocidolomia pavonana), ulat kubis (Plutella xylostella L.). Bagian tanaman yang digunakan : adalah daun.

Cara kerja  :
1. Bersifat sebagai insektisida
2. Penghambat makan (antifeedant)
3. Penghambat perkembangan serangga (Growth regulator)

Khasiat lain : Bunga berkhasiat untuk mengatasi: perut kembung, sukar menelan, batuk, pusing dan mempercepat persalinan. Daun berkhasiat untuk mengatasi: memar, bisul, darah haid banyak, bau badan dan diare.


(sumber : Setiawati, R. Murtiningsih, N. Gunaeni, dan T. Rubiati: Tumbuhan Bahan Pestisida Nabati dan Cara Pembuatannya untuk Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT), 2008  Balai Penelitian Tanaman Sayuran )


Bahan Pembuat Pestisida Nabati, Mindi (Melia azedarach)

Klasifikasi :
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Rutales
Suku : Meliacea
Marga :Melia
Jenis : Melia azedarach

Nama Indonesia : Mindi.

Nama Inggris : Chinaberry, Persian lilac, pride of India.

Diskripsi tanaman: Pohon berumah dua yang tingginya mencapai 45 m, garis tengah batang dapat berukuran 60 - 120 cm. Kulit batang berwarna coklat keabuan, bertekstur halus, berlentisel, semakin tua kulit akan pecah atau bersisik. 

Daun majemuk menyirip ganda dua namun terkadang melingkar atau sebagian daun menyirip ganda tiga, berhadapan, berlentisel, berbentuk bulat telur hingga jorong, pangkal daun berbentuk runcing hingga membulat, tepi daun rata sampai bergerigi. Perbungaan muncul dari bagian aksiler daun- daun, daun penumpu berbentuk benang, bunga-bunga berwarna keunguan, berbau harum. 

Buah berupa buah batu, berbentuk jorong-bundar, berwarna kuning kecoklatan ketika ranum, permukaannya halus, mengandung 5 biji. Biji berbentuk memanjang, berukuran panjang 3,5 mm dan lebar 1,6 mm, berwarna coklat.

Distribusi/penyebaran : M. azedarach merupakan pohon dengan distribusi luas, yang mencakup wilayah tropis, subtropis dan iklim sedang, dan diperkirakan berasal kawasan Asia Selatan (India dan Burma). 

Spesies ini ditemukan tumbuh liar di kaki bukit Himalaya di India dan Pakistan pada ketinggian 700-1000 m, tersebar luas di Cina, hingga kawasan Malesia, kepulauan Solomon serta Australia bagian utara dan timur. Di Indonesia, mindi banyak di tanam di daerah Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara dan Papua.

Habitat : M. azedarach merupakan tumbuhan yang memiliki adaptasi tinggi dan toleran dengan berbagai kondisi lingkungan yang beragam. Jenis ini tumbuh pada tempat-tempat dengan rata-rata suhu maksimum dan minimum per tahun, berturut-turut 39°C dan -5°C. 

Umumnya tumbuhan ini tumbuh dari ketinggian 0-1200 m dpl, dan di pegunungan Himalaya tumbuh pada ketinggian 1800-2200 m dpl. Curah hujan tahunan di habitat alaminya berkisar antara 600- 2000 mm. Di Afrika, jenis tumbuhan ini ditanam sebagai pohon pelindung yang toleran terhadap kekeringan. M. azedarach tersebar luas di daerah-daerah kering di bagian selatan dan barat daya Amerika Serikat, yang memiliki curah hujan kurang dari 600 mm.  

M. azedarach dapat tumbuh pada tanah-tanah berkadar garam, tanah dengan pH basa kuat, tapi tidak terlalu asam. Jenis ini juga dapat tumbuh pada tanah-tanah miskin hara, tanah marjinal, tanah miring, dan tanah berbatu atau pada tebing curam berbatu.

Kandungan kimia : Daun, buah dan biji M. azedarach mengandung saponin, flavonoida dan polifenol. Selain itu daun dan buahnya mengandung alkaloida.

Kegunaan lain : Di Asia Tenggara, M. azedarach umumnya ditanam sebagai penghasil kayu bakar, sebagai pohon-pohon peneduh di areal pertanian kopi dan abaca (Musa textilis Née) serta pohon-pohon di pinggir jalan. Di Asia Selatan, jenis tumbuhan ini dikenal karena ada kegunaan obat yang dikandung senyawanya, seperti berkegunaan anti malaria dan obat penyakit kulit.

Ekstrak daun dengan air atau akohol dapat mengontrol berbagai jenis hama serangga dan nematoda. Senyawa aktif yang dikandung antara lain margosin (sangat beracun bagi manusia), glikosida flavonoid dan aglikon. Daun dan biji mindi telah dilaporkan dapat digunakan sebagai pestisida nabati. Ekstrak daun mindi dapat digunakan pula sebagai bahan untuk mengendalikan hama termasuk belalang.

Kayu  M. azedarach yang berwarna putih juga digunakan sebagai bahan manufaktur, perkakas, bahan bangunan yang baik karena memiliki sifat anti rayap.

Bersama tegakan sengon (Paraserianthes falcataria) dan mangium (Acasia mangium), tumbuhan ini mampu memulihkan lahan-lahan kritis atau bekas tambang.

Cara kerja :
1. Penolak (repellent)
2. Penghambat aktivitas makan (antifeedant)
3. Menghambat pembentukan telur
4. Menghambat perkembangan serangga
5. Racun perut dan racun kontak
6. Bersifat sebagai insektisida, bakterisida, nematisida dan fungisida

Khasiat lain : Mindi dapat dimanfaatkan pula untuk obat malaria, penyakit kulit, diare.


(sumber : Setiawati, R. Murtiningsih, N. Gunaeni, dan T. Rubiati: Tumbuhan Bahan Pestisida Nabati dan Cara Pembuatannya untuk Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT), 2008  Balai Penelitian Tanaman Sayuran )


Bahan Pembuat Pestisida Nabati, Mimba (Azadirachta indica A. Juss)

Klasifikasi :
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub-kelas : Rosidae
Ordo : Sapindales
Familia : Meliaceae
Genus : Azadirachta
Spesies : Azadirachta indica A.J uss

Nama Indonesia : Mimba, kayu bawang.

Nama Inggris : bird`s-eye, kalantas, nim, margosa,cornucopia, margosier, margosa tree.

Diskripsi tanaman : Pohon ini dapat mencapai tinggi 20 m, batangnya agak bengkok dan pendek, terasnya berwarna merah dan keras. Tajuk rapat, berbentuk oval dan besar. Selalu hijau tidak menggugurkan daun pada musim panas dan kering yang ekstrim. 

Daunnya majemuk 7- 17 pasang pertangkai, berbentuk lonjong dan bergigi. Daun sangat pahit dan bijinya mengeluarkan bau seperti bawang putih. Bunga berbentuk malai dengan panjang 10-30 cm, warna putih sampai krem. 

Buah berbentuk elips, berdaging tebal, panjang 1,2-2 cm, hijau/kuning ketika masak, dengan lapisan tipis kutikula yang keras, dan daging buah berair.

Distribusi/penyebaran : Penyebaran alami tidak jelas karena sudah umum dibudidayakan di banyak tempat, namun tumbuhan ini diyakini berasal dari area agak kering di Burma dan India. 

Tumbuhan ini baru-baru ini dijumpai di Australia, Amerika Latin dan Amerika Selatan. Mimba hidup pada rentang suhu dan curah hujan sangat lebar dan tahan hidup pada daerah iklim musim dengan musim kering yang lama dengan curah hujan tahunan 450-2250 mm. 

Banyak dijumpai pada ketinggian 0- 700 m dpl, tetapi dapat juga tumbuh pada ketinggian di atas 1500 m dpl apabila suhunya tidak terlalu tinggi. 

Tumbuhan ini tidak dapat hidup di daerah dingin atau bersalju. Dapat tumbuh pada lokasi dengan berbagai tipe tanah tetapi tidak pada daerah bergaram, tergenang atau tanah liat.

Habitat : Tumbuhan ini dapat tumbuh baik di lahan kurang subur, berpasir dan berbatu, juga di daerah beriklim panas bahkan di daerah yang curah hujannya kurang dari 500 mm per tahun. 

Jika tumbuh di daerah curah hujan tinggi produksi daun nimba lebih banyak dan sangat sulit berbuah. Jika ditanam di daerah bercurah hujan rendah produksi biji nimba lebih banyak.

Kandungan kimia : Mimba mengandung azadirachtin, meliantriol, salannin, dan nimbin, di mana kandungan bahan aktif tertinggi terdapat pada bagian biji.

Kegunaan lain : Tumbuhan ini dapat digunakan sebagai insektisida, bakterisida, fungisida, akarisida, nematisida dan virusida. Selain itu daunnya juga dapat digunakan sebagai obat malaria, bijinya untuk obat kudis, dan sebagai pengganti makanan ternak.

Cara kerja  : Pestisida yang dibuat dari tumbuhan dapat memengaruhi reproduksi dan perilaku, dapat berperan sebagai penolak, penarik, antifeedant, dan menghambat perkembangan serangga, baik sebagai racun perut maupun racun kontak.


(sumber : Setiawati, R. Murtiningsih, N. Gunaeni, dan T. Rubiati: Tumbuhan Bahan Pestisida Nabati dan Cara Pembuatannya untuk Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT), 2008  Balai Penelitian Tanaman Sayuran )


Bahan Pembuat Pestisida Nabati, Lengkuas (Alpinia galanga (L) Wild)

Klasifikasi :
Divisi : Magnoliophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Liliopsida
Bangsa : Zingeberales
Suku : Zingeberaceae
Marga : Alpinia
Jenis : Alpinia galanga (L) Willd.

Nama Indonesia : Lengkuas.

Nama daerah : Langkueueh (Aceh), laos (Jawa), laja (Sunda).

Nama Inggris : Greater galingale.

Diskripsi tanaman : Lengkuas merupakan terna berumur panjang dengan tinggi sekitar 1 – 2 m dan biasanya tumbuh dalam rumpun yang rapat. Batangnya tegak, tersusun oleh pelepah–pelepah daun yang bersatu membentuk batang semu, berwarna hijau agak keputih– putihan. 

Daun tunggal, berwarna hijau, bertangkai pendek, dan tersusun berseling. Bentuk daun lanset memanjang, ujung runcing, pangkal tumpul, dengan tepi daun rata dan panjang daun sekitar 20¶0 cm dan lebar 4 cm. 

Rimpang besar dan tebal, berdaging, berbentuk silindris, diameter sekitar 2´ cm, dan bercabang- cabang. Bagian luar rimpang berwarna coklat agak kemerahan atau kuning kehijauan pucat, mempunyai sisik–sisik berwarna putih atau kemerahan, keras, mengkilap, sedangkan bagian dalamnya berwarna putih dengan rasa tajam, pedas, dan berbau harum karena minyak atsirinya.

Distribusi/penyebaran : Tumbuhan ini diperkirakan berasal dari Asia, ada yang menduga berasal dari Cina dan ada juga yang berpendapat tumbuhan berasal dari Bengali. 

Tetapi sudah sejak lama digunakan secara luas di Cina dan Indonesia terutama di pulau Jawa. Sekarang lengkuas tersebar luas di berbagai daerah di Asia tropis, antara lain Indonesia, Malaysia, Filipina, Cina bagian selatan, Hongkong, India, Bangladesh, dan Suriname. 

Di Indonesia, mula-mula banyak ditemukan tumbuh di daerah Jawa Tengah, tetapi sekarang sudah dibudidayakan di berbagai daerah.

Habitat : Lengkuas tumbuh di tempat terbuka yang mendapat sinar matahari penuh atau yang sedikit terlindung. Lengkuas menyukai tanah yang lembab dan gembur, tetapi tidak suka tanah yang becek dan dapat tumbuh subur di dataran rendah sampai ketinggian 1200 m dpl. 

Di Indonesia banyak ditemukan tumbuh liar di hutan jati atau di dalam semak belukar.

Kandungan kimia : Rimpang lengkuas mengandung lebih kurang 1% minyak essensial terdiri atas metil–sinamat 48%, sineol 20³0%, eugenol, kamfer 1 %, seskuiterpen, δ – pinen, galangin, galanganol dan beberapa senyawa flavonoid.

Kegunaan lain :
Tumbuhan ini dapat digunakan untuk mengobati penyakit reumatik, sakit limpa, nafsu makan, bronkhitis, morbili dan panu.


(sumber : Setiawati, R. Murtiningsih, N. Gunaeni, dan T. Rubiati: Tumbuhan Bahan Pestisida Nabati dan Cara Pembuatannya untuk Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT), 2008  Balai Penelitian Tanaman Sayuran )


Bahan Pembuat Pestisida Nabati, Legundi laki – laki (Vitex negundo Linn.)

Klasifikasi :
Divisi : Spermatophyia
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Lamiales
Suku : Verbenacea
Marga : Vitex
Jenis : Vitex negundo Linn.

Sinonim : V. incisa Lamk , V. paniculata Lamk , V. leucoxylon Blanco.

Nama umum : Legundi Laki - laki.

Nama Inggris : Five-leaved chaste tree, horseshoe vitex.

Ciri – ciri : Semak atau pohon kecil yang meranggas, permukaan pepagan agak kasar, mengelupas dalam keripih mengertas, coklat- kemerahan muda. 

Daun majemuk, menjorong menyempit sampai melanset-membundar telur, berbulu halus kecil atau gundul di atas. 

Perbungaan terbatas tersusun dalam malai yang terminal atau aksiler di atas ketiak daun; mahkota ungu-biru. Buah membulat sampai membulat telur lebar, ungu atau hitam saat matang.

Penyebaran :
Tumbuhan ini menyebar dari Afrika Timur dan Madagaskar ke Iran, Afghanistan, Pakistan, India, Sri Lanka, Burma (Myanmar), Indo- Cina, Cina, Jepang, Taiwan, Thailand, seluruh Malesian, ke timur ke kepulauan Palau, Kepulauan Caroline dan Kepulauan Mariana. 

Vitex negundo dibudidayakan secara luas di Eropa, Asia, Amerika Utara dan Hindia Barat.

Habitat : Jenis ini dijumpai berkelompok di daerah lembab atau sepanjang perairan, pada daerah-daerah buangan sampah, belukar dan hutan terbuka campuran, sampai ketinggian 1700 m dpl.

Kandungan kimia : Tumbuhan ini mengandung casticin, isoorrentin, chrysophenol D, luteolin, p-hydroxybenzoid acid dan D-fructose.

Bagian tanaman yang digunakan : adalah daun.

Cara kerja :
1. Penghambat aktivitas makan (antifeedant)
2. Penolak (repellent).

Khasiat lain : Tumbuhan ini berguna untuk pengurang rasa sakit, tonik pahit, pengencer dahar dan diuretik.


(sumber : Setiawati, R. Murtiningsih, N. Gunaeni, dan T. Rubiati: Tumbuhan Bahan Pestisida Nabati dan Cara Pembuatannya untuk Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT), 2008  Balai Penelitian Tanaman Sayuran )


Bahan Pembuat Pestisida Nabati, Kunyit (Curcuma domestica)

Klasifikasi :
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Bangsa : Zingiberales
Suku : Zingiberaceae
Warga : Curcuma
Jenis : Curcuma domestica.

Sinonim : Curcuma longa Auct.

Nama umum : Kunyit.

Nama daerah : Kunyit (Melayu),  Kunyet (Aceh), Kuning (Gayo), Hunik (Batak), Undre (Nias), Kakunye (Enggano), Kunyir (Lampung), Kunyir, Koneng (Sunda),  Kunir, Kunir bentis, Temu kuning (Jawa), Koneh, Kuneh, Guni (Flores), Kuma (Solor), Kumeh (Alor),  Kunik  (Roti),
Hunik, Kunir (Timor), Pagidon (Toli-Toli), Uni, Huni (Toraja), Yaw (Arso, lrian).

Nama Inggris : Tumeric.

Ciri – ciri : Semak, tinggi ± 70 cm. Batang semu, tegak, bulat, membentuk rimpang, hijau kekuningan. Daun tunggal, lanset memanjang, helai daun tiga sampai delapan, ujung dan pangkal runcing, tepi rata, panjang 20 - 40 cm, lebar 8 - 12,5 cm, pertulangan menyirip, hijau pucat. 

Bunga majemuk, berambut, bersisik, tangkai panjang 16- 40 cm, mahkota panjang ± 3 cm, lebar ± 1,5 cm, kuning, kelopak silindris, bercangap tiga, tipis, ungu, pangkal daun pelindung pulih, ungu. Akar serabut, coklat muda.

Penyebaran : Tanaman berasal dari wilayah Asia, khususnya Asia Tenggara. Tanaman ini kemudian mengalami persebaran ke daerah Indo– Malaysia, Thailand, Cina, India, Vietnam, Taiwan, Filipina, Australia bahkan Afrika.

Habitat : Kunyit dapat tumbuh di berbagai tempat, tumbuh liar di ladang, di hutan (misalnya hutan jati), ataupun ditanam di pekarangan rumah, di dataran rendah hingga dataran tinggi dengan ketinggian 200 m dpl.

Kandungan kimia : Kunyit mengandung kurkumin, demetoksikurkumin, demetok- sikurkumin, volatil oil (Keton sesuiterpen, turmeron, tumeon, zingiberen, felandren, sabinen, borneol dan sineil) Bagian tanaman yang digunakan adalah rimpang.

Cara kerja :
1. Bersifat sebagai insektisida dan fungisida
2. Penolak (repellent)

Khasiat lain : Kegunaan lain tanaman ini adalah untuk membantu mencegah dan mengobati kanker payudara dan kanker rahim, mengurangi lemak perut, menguatkan syahwat dan mengencangkan vagina, mengatasi keputihan, menghaluskan kulit, mengatasi buang-buang air dan perut kembung, mengobati sariawan usus dan panas dalam, melancarkan air seni, memperlancar ASI, dan dapat mengobati amandel.


(sumber : Setiawati, R. Murtiningsih, N. Gunaeni, dan T. Rubiati: Tumbuhan Bahan Pestisida Nabati dan Cara Pembuatannya untuk Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT), 2008  Balai Penelitian Tanaman Sayuran )


Bahan Pembuat Pestisida Nabati, Kipait (Tithonia diversifolia) (Hemsley) A. Gray

Klasifikasi :
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Asterales
Suku : Asteracea
Marga : Tithonia
Jenis : Tithonia diversifolia.

Nama umum : Kipait.

Nama daerah : Kipait (Sunda), Kembang Bulan (Jawa).

Nama Inggris : Mexican sunflower.

Distribusi/penyebaran : T. diversifolia merupakan tumbuhan asli dari Meksiko dan Amerika Tengah, tumbuhan ini telah diintroduksi ke sebagian besar negara- negara tropis, dan telah beradaptasi di Indonesia dan negara lain di Asia Tenggara.

Habitat : T. diversifolia tumbuh pada ketinggian 200 - 1500 m dpl. Dan tumbuhan ini toleran terhadap pemangkasan yang berlebihan.

Kandungan kimia : Daun, kulit batang dan akar T. diversifolia mengandung saponin,
polifenol dan flavonoida.

Kegunaan : Tumbuhan ini juga mengandung bahan insektisida dan nematisida. T. diversifola umum digunakan sebagai pupuk hijau, ditanam di lereng-lereng curam untuk mengendalikan erosi, selain itu ditanam di sepanjang jalan dan diperkebunan teh. Di Pulau Jawa, kayunya dikumpulkan untuk kayu bakar. Bunganya dapat digunakan sebagai obat luka atau luka lebam.

Cara kerja  : Bersifat sebagai insektisida dan nematisida.

OPT sasaran : Spodoptera exigua, Liriomyza sp., Alternaria sp., dan karat daun.

Khasiat lain : Tumbuhan ini berguna untuk obat luka atau luka lebam.

(sumber : Setiawati, R. Murtiningsih, N. Gunaeni, dan T. Rubiati: Tumbuhan Bahan Pestisida Nabati dan Cara Pembuatannya untuk Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT), 2008  Balai Penelitian Tanaman Sayuran )


Bahan Pembuat Pestisida Nabati, Ketumbar (Coliandrum sativum)

Klasifikasi :
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Apiales
Suku : Apiacea
Warga : Coriandrum
Jenis : Coriandrum sativum L.

Nama umum : Ketumbar

Nama Inggris : Coriander, Chinese parsley

Nama daerah : Keutumba (Aceh), Ketumbar (Gayo),  Hatumbar (Batak Toba), Penyijang (Kerinci),  Katumba (Minangkabau), kerumbar (Melayu), Katuncar (Sunda), ketumbar (Jawa Tengah), Katombar (Madura), Katumbah, Katumba (Bima), Katumbaii (Gorontalo), Katumbare (Makasar), Katumbare (Bugis).

Ciri – ciri : Semak, semusim, tinggi ± 1 m. Batang, berkayu, lunak, beralur, berlubang, percabangan dikotom, hijau. Daun, maiernuk, berbagi menyirip, berseludang, tepi daun berwarna putih, hijau keputih- putihan. 

Bunga, majemuk, bentuk payung, tangkai panjang 5-10 cm, putih, kelopak terdiri dari 5 lembar lepas satu sama lain, panjang 2-3 mm, hijau, mahkota terdiri dari 5 daun mahkota, putih atau merah muda. 

Buah, kotak, bulat, masin muda hijau setelah tua kuning- kecoklatan.Biji, bulat, coklat. Akar tunggang, bulat, bercabang, putih.

Habitat : Di pulau Jawa, ketumbar ditanam di pekarangan dan dapat tumbuh sampai ketinggian 2000 m dpl.

Kandungan kimia : Tumbuhan ini mengandung saponin, flavonoida dan tannin Bagian tanaman yang digunakan : daun, biji.

Cara kerja :
1. Bersifat sebagai akarisida dan fungisida
2. Penolak (repellent)

Khasiat lain : Tumbuhan ini dapat digunakan untuk obat masuk angin, obat sariawan, obat radang lambung, pencernaan kurang baik, obat pening, obat mual dan haid tidak teratur.

Pengaruh terhadap organisme berguna : aman


(sumber : Setiawati, R. Murtiningsih, N. Gunaeni, dan T. Rubiati: Tumbuhan Bahan Pestisida Nabati dan Cara Pembuatannya untuk Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT), 2008  Balai Penelitian Tanaman Sayuran )


Bahan Pembuat Pestisida Nabati, Jeringau (Acorus calamus L.)

Klasifikasi :
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Bangsa : Arales
Suku : Araceae
Warga : Acorus
Jenis : A. calamus L

Nama umum : Daringo

Nama Inggris : Sweet flag

Nama daerah : Jeurunger (Aceh), Jerango (Gayo), Jerango (Batak), Jarianggu (Minangkabau), Daringo (Sunda), Dlingo (Jawa Tengah), Jharango (Madura), Jangu (Bali), Kaliraga (Flores), Jeringo (Sasak), Kareango (Makasar), Kalamunga (Minahasa), Areango (Bugis), Ai wahu (Ambon), Bila (Buru)

Deskripsi : Herba, tahunan dengan ketinggian ± 75 cm, daun basah, pendek, membentuk rimpang, putih kotor. Daun tunggal, bentuk lanset, ujung runcing, tepi rata, pangkal memeluk batang, panjang panjang ± 60 cm, lebar ± 5 cm, pertulangan sejajar, hijau. 

Perbungaan majemuk, bentuk bongkol, ujung meruncing, panjang 20-2 5 cm, di ketiak daun, tangkai sari panjang ± 2,75 mm, kepala sari panjang ± 2,75 mm, kepala sari panjang ± 0,5 mm, putik 1-1,5 mm, kepala putik meruncing, panjang ± 0,5 mm, mahkota bulat panjang, panjang 1-1,5 mm, puith. Buah berwarna coklat. Distribusi/penyebaran : Di Indonesia didapati tumbuh liar di hutan-hutan

Habitat : Jenis ini menyukai tempat yang lembab seperti di tepi danau dan sungai.

Kandungan kimia : Minyak daringo mengandung asaron, saponin dan tanin Asaron, kolamenol, kolamen, kolameon, metileugenol dan eugenol. Bagian tanaman yang digunakan adalah rimpang.

Cara kerja :
1. Bersifat sebagai insektisida
2. Menghambat pembentukan telur (mandul)

Khasiat lain : Tumbuhan ini berguna untuk mengobati keracunan makanan, sakit
otot dan sebagai bahan kosmetik

(sumber : Setiawati, R. Murtiningsih, N. Gunaeni, dan T. Rubiati: Tumbuhan Bahan Pestisida Nabati dan Cara Pembuatannya untuk Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT), 2008  Balai Penelitian Tanaman Sayuran )


Bahan Pembuat Pestisida Nabati, Jarak (Ricinus communis Linn.)

Klasifikasi
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Euphorbiales
Suku : Euphorbiaceae
Warga : Ricinus
Jenis : Ricinus communis Linn.

Sinonim : Ricinus viridus Willd, Croton spinosa L., Ricinus specious Burm, Ricinus inermis Mill., Ricinus inermis et lividus Jack., Ricinus spectabilis Bl.

Nama umum : Jarak.

Nama daerah : Jarak (Melayu, Minangkabau, Jawa, Bali), Gloah (Gayo),  Lulang (Karo), ulang (Toba, Batak),  Jarak, Kalikih alang (Minangkabau), Jarak jawa (Palembang), Jarag (Lampung), Lafandru (Nias), Rangam (Dayak), Jarak, Jarak jitun, Jarak kaliki (Sunda),  Jarak (Jawa), Kaleke (Madura), Kohongian (Minahasa), Malasai, Kalalei, Alale (Gorontalo), Tangang- tangang jara (Makasar),  Peleng kaliki jera (Bugis).

Nama Inggris : Castor bean.

Ciri – ciri : Jarak merupakan perdu berbatang tegak, tinggi 1µ meter. Batangnya berkayu, bulat licin, berongga, berbuku-buku dengan tanda bekas tangkai daun yang lepas, berwarna hijau dengan semburat merah tua. Daun tunggal, tumbuh berseling. Bentuk helai daun bundar, bercangap menjari 7 sampai 9, ujung daun runcing, tepi bergigi. Ukuran daun 10–25 cm x 10cm. 

Warna permukaan atas daun hijau tua, sedangkan permukaan bawahnya hijau muda. Tangkai daun panjang, sekitar 30µ0 cm, berwarna merah tua, atau coklat kehijauan. Bunganya merupakan bunga majemuk bentuk tandan, tumbuh di ujung batang. Berwarna kuning, berkelamin satu. 

Benang sari banyak, tangkai putik sangat pendek berbentuk benang berwarna merah atau merah muda. Buahnya berupa buah kotak berbentuk bulat. Buah jarak berduri dan berwarna hijau sewaktu muda lonjong berlekuk tiga, berkumpul dalam tandan. 

Di dalam buah terdapat tiga ruang yang masing- masing berisi satu biji. Buahnya berduri lunak, berwarna hijau muda, dengan rambut berwarna merah. Setelah tua, buah akan berubah menjadi hitam. Biji keras, lonjong, berwarna coklat berbintik hitam.

Penyebaran : Tumbuhan ini diduga berasal dari Afrika. Pada zaman Fir’aun, Jarak dibudidayakan secara besar- besaran untuk diambil minyak bijinya (castor oil). 

Dikabarkan, biji Jarak juga ditemukan dalam makam-makam purba di Mesir yang dipercaya berasal dari 4000 tahun sebelum Masehi. Dari Mesir, jarak menyebar ke Asia, termasuk ke Persia, India, Malaysia dan Indonesia.

Habitat : Jarak tumbuh liar di hutan, semak-semak, tanah kosong dataran rendah sampai 800 m dpal, atau di sepanjang pantai. Sekarang banyak dibudidayakan sebagai salah satu komoditas perkebunan. 

Jarak dapat tumbuh di daerah yang kurang subur, namun tumbuhan ini memerlukan pH tanah 6· dan drainase yang baik. Akar tumbuhan jarak cepat busuk dalam air yang tergenang atau dalam tanah yang banyak mengandung air.

Kandungan kimia : Biji mengandung 40–50% minyak jarak (oleum ricini, kastrooli) yang mengandung bermacam-macam trigliserida, asam palmitat, asam risinoleat, asam isorisinoleat, asam oleat, asam linoleat, asam linolenat, asam stearat, dan asam dihidroksistearat. 

Juga mengandung alkaloida risinin, beberapa macam toksalbumin yang dinamakan risin (risin D, risin asam, dan risin basa), dan beberapa macam enzim diantaranya lipase. Daun mengandung saponin, senyawa-senyawa flavonoida antara lain kaempferol, kaempferol-3- rutinosida, nikotiflorin, kuersetin, isokuersetin, dan rutin. 

Di samping itu juga mengandung astragalin, reiniutrin, risinin, dan vitamin C. Akar mengandung metiltrans-2-dekena-4,6,8-trinoat dan 1- tridekena- 3,5,7,9,11-pentin-beta-sitosterol. Bagian tanaman yang digunakan adalah biji, daun, akar dan seluruh bagian tumbuhan.

Cara kerja :
1. Bersifat sebagai insektisida
2. Menghambat pembentukan telur
3. Ovisida
4. Menghambat perkembangan serangga

Khasiat lain : Biji dan minyak jarak digunakan untuk mengatasi kesulitan buang air besar (konstipasi), kesulitan melahirkan, penyubur rambut, mengobati kanker mulut rahim dan kanker kulit, TBC kelenjar, bisul, koreng, kudis dan infeksi jamur. 

Daun jarak digunakan untuk mengobati rematik, hernia, batuk sesak, koreng, eksim, gatal-gatal (pruritus), bengkak, luka dan melepuh. Akar  untuk mengobati rematik sendi, tetanus, luka memar, epilepsi, bronchitis, dan TBC kelenjar.

(sumber : Setiawati, R. Murtiningsih, N. Gunaeni, dan T. Rubiati: Tumbuhan Bahan Pestisida Nabati dan Cara Pembuatannya untuk Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT), 2008  Balai Penelitian Tanaman Sayuran )